Sukses

Menko PMK Muhadjir Nilai Tingkat Kepatuhan Protokol COVID-19 Warga Jatim Masih Rendah

Menko PMK Muhadjir Effendy menuturkan, tingkat kerumitan atasi kasus COVID-19 Jawa Timur tinggi.

Liputan6.com, Surabaya - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy menyebut banyak hal yang masih harus dievaluasi untuk menangani COVID-19 di Jawa Timur (Jatim).

Pihaknya berulang kali mengingatkan masalah kedisiplinan warga Jawa Timur. Sebab, berdasarkan laporan yang diterimanya dan sudah dievaluasi, masih banyak warga yang tidak patuh protokol kesehatan.

"Bapak Presiden menurunkan Inpres (Instruksi Presiden). Isinya menegakkan aturan agar masyarakat patuhi protokol. Kepatuhan di Jatim masih rendah. Padahal itu (kepatuhan) kunci utamanya," ujar Muhadjir di Rumah Sakit (RS) Lapangan kawasan Indrapura, Surabaya, Kamis (16/7/2020).

Muhadjir mengaku mendapat instruksi dari Jokowi agar angka kematian atau fatalitas akibat COVID-19 dapat ditekan. Saat ini rerata angka fatalitas Indonesia masih tinggi sebesar 0,2 persen di atas internasional.

"Penyumbang (kematian) tertinggi itu jatim. Caranya patuh. Karena itu ada inpres menegakkan itu," ucap Muhadjir.

Guna menunjang itu semua, pemerintah pusat siap menggelontorkan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk Jawa Timur. Seperti dua ruang isolasi di Sidoarjo dan Gresik, alat kesehatan primer untuk 99 RS rujukan COVID-19, ventilator, pangkalan tes spesimen, hingga kit PCR maupun reagen.

Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengingatkan pentingnya melindungi keluarga dan sekitar. Tiga yang harus dilindungi ialah tenaga kesehatan, warga yang punya komorbid atau penyakit penyerta dan orang berusia lanjut. "Kalau ini bisa dipatuhi, Jatim teratasi," ujarnya.

"Tingkat kerumitan atasi (kasus COVID-19) Jatim tinggi. Kalau Jatim teratasi, 50 persen kasus COVID-19 (nasional). Beban kasus COVID-19 nasional 50 persen di Jatim," ucap Muhadjir.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Apresiasi Rumah Pusat Observasi COVID-19

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai rumah pusat observasi COVID-19 sangat layak dan representatif.

"Tempatnya sangat layak dan representatif sebagai rumah pusat observasi COVID-19," ujarnya di sela mengecek fasilitas di rumah pusat observasi di kompleks Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim di Jalan Balongsari Tama Surabaya, Kamis.

Menko PMK didampingi Ketua Gugus Tugas Pusat Percepatan Penanganan COVID-19 Pusat sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

Selain itu juga ada Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II Marsekal Muda Imran Baidirus dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Widodo Iryansyah.

Rombongan disambut oleh Kepala BPSDM Jatim Aries Agung Paewai dan diantar mengecek seluruh ruangan maupun fasilitas yang disediakan untuk kepentingan observasi.

"Pak Menko dan Pak Doni ingin mengetahui langsung konsep penanganan pasien COVID-19 di rumah pusat observasi yang disiapkan Ibu Gubernur Khofifah," ucap Aries Agung.

Selain itu, tim dari pusat juga memastikan, semua pasien yang diisolasi aman dari yang lain sehingga tidak menyebar ke mana-mana.

"Seluruh tempat tidur dan fasilitas kami siapkan, seperti tempat olah raga (alat gym), kolam pancing, jalur lari dan lainnya dengan harapan mampu meningkatkan imun," ujar dia.

Kepada tim gugus tugas pusat, ia juga menjelaskan alur pasien masuk, mulai registrasi, pengecekan kesehatan dan penempatan mereka di kamar-kamar sesuai kriteria.

Mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim itu juga menyampaikan pasien yang masuk di BPSDM sejak Mei-Juli 2020 sudah sebanyak 645 orang.

"Kondisi sekarang masih ada 37 orang, termasuk kedatangan tujuh orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia pada Rabu (15/7) sore," katanya.

Sebagai rumah pusat observasi COVID-19 yang ditunjuk Gubernur Khofifah, kata dia, pihaknya kami siap menerima pasien selama 24 jam karena telah disiapkan tim medis dan perangkat terkait.

"Mayoritas yang di sini statusnya reaktif hasil tes cepat, kemudian jika hasil tes usap positif maka dipindahkan ke rumah sakit lapangan bagi pasien yang gejala ringan dan sedang, serta RS rujukan bagi yang bergejala berat," tutur Aries.