Liputan6.com, Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kontraksi sebesar 3-4,5 persen pada kuartal II 2020.
Ia menuturkan, penurunan pertumbuhan ekonomi lantaran dampak pandemi COVID-19 dan penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) untuk cegah penyebaran COVID-19. Penerapan PSBB tersebut dilakukan di sejumlah wilayah sejak April.
"PSBB kemudian berdampak ke hampir semua sektor mulai dari manufaktur, jasa, perdagangan. Indeks manufaktur turun, konsumsi masyarakat drop, sektor luar negeri turun," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu, (5/8/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, anggaran penanganan COVID-19 juga belum optimal pada kuartal II. Pemerintah menyiapkan anggaran penanganan COVID-19 sebesar Rp 695 triliun, yang terealisasi baru sebesar 20 persen atau sekitar Rp 141 triliun.
Baca Juga
Oleh karena itu, ia menuturkan, kontraksi yang kemungkinan terjadi pada kuartal II 2020 patut diwaspadai. Wisnu mengatakan, pelaku bisnis butuh optimisme, dan jika kontraksi ekonomi mendalam memberikan ekspektasi negatif.
Wisnu menilai, belanja pemerintah mesti dioptimalkan pada kuartal III 2020 untuk mendorong aktivitas ekonomi. Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 tidak akan seburuk kuartal II lantaran aktivitas ekonomi biasa digenjot pada periode itu.
"Kuartal kedua dan ketiga puncak aktivitas di sektor riil. Kuartal keempat sudah concern untuk perencanaan aktivitas tahun depan. Jangan sampai pertumbuhan negatif pada kuartal III. Kalau tidak akan timbulkan ketidakpastian ekonomi,” ujar dia.
Ia menambahkan, belanja pemerintah seharusnya sudah diidentifkasi sehingga dapat terlaksana baik
"Agustus dan September itu harus dipush sekuat tenaga, tidak ada alasan ditunda-tunda, segera diidentifikasi aliran dana sehingga belanja pemerintah terlaksana dengan baik. Aktivitas ekonomi, sektor bisnis, masyarakat harus diperhatikan," ujar dia.
Selain itu, Wisnu menuturkan, konsumsi masyarakat menengah atas juga perlu digenjot. Ia mengakui situasi tidak pasti karena COVID-19 perlu pertimbangan dalam konsumsi. Namun, ia menilai konsumsi masyarakat menengah atas dibutuhkan untuk genjot pertumbuhan ekonomi.
"Masyarakat kelas bawah daya beli sudah turun, dan untuk menjaga konsumsi dari kalangan menengah atas,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pentingnya Penanganan COVID-19
Di sisi lain, Wisnu mendorong agar masyarakat kelas bawah juga mendapatkan jaminan tidak hanya kesehatan tetapi juga sosial.
Ia juga mengingatkan mendorong pemulihan ekonomi juga sama pentingnya untuk menangani COVID-19 dengan baik. Wisnu menuturkan, pemulihan ekonomi akan percuma jika penanganan COVID-19 tidak baik.
"Konsentrasi tidak hanya bagaimana menghindari resesi tetapi juga penting atasi masalah kesehatan. Jangan kurangi fokus upaya pengendalian COVID-19," ujar dia.
Advertisement