Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menuturkan, penentuan zonasi nasional secara resmi hanya dilakukan oleh Satgas COVID-19.
Hal itu berdasarkan 15 indikator yang terkait dengan epidemiologi, surveillance masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
"Zonasi nasional secara resmi hanya dilakukan oleh Satgas COVID-19 dan bisa diakses www.covid-19.go.id. Dengan suatu sistem bersatu lawan covid (BLC)," ujar dia, Kamis (6/8/2020).
Advertisement
Wiku menambahkan, dalam sistem tersebut terlihat seluruh nasional, semua seluruh kabupaten/kota terintegrasi menjadi satu data riil terdapat dari pengumpulan data yang dilakukan Kementerian Kesehatan, diintegrasikan jadi satu dalam COVID-19," ujar dia, Kamis, (6/8/2020).
Ia menuturkan, akses tersebut menjadi acuan bersama karena ada 15 indikator berdasarkan epidemiologi, surveillance masyarakat dan pelayanan kesehatan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penentuan Zona Risiko
Sebelumnya, Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah memaparkan mengenai penentuan zona risiko. Penentuan zona risiko ini menggunakan 15 indikator yang dibangun dari tiga pilar utama yaitu epidemiologi, surveillance kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
Dewi menuturkan, dalam indikator epidemiologi lebih banyak ditekankan untuk menentukan zona risiko yang terdiri dari jumlah penambahan dan penurunan kasus baik positif, sembuh, kasus suspek, kematian, laju insidensi, angka kematian per 100 ribu penduduk, dan jumlah pemeriksaan spesimen.
"Indikator epidemiologi banyak ditekankan di sana, jumlah kasus penambahan, apakah sudah ada penurunan. Target kita 50 persen dari puncak. Kemudian juga suspek, apakah sudah turun dari puncak, kemudian melihat angka kematian. Angka kematian dari suspek dan positif," ujar dia, saat diskusi BNPB ditulis Selasa, 4 Agustus 2020.
"Angka kesembuhan kita lihat, angka insidensi, dan angka kematian per 100 ribu penduduk juga kita lihat, jumlah pemeriksaan spesimen per minggu ada kenaikan, angka positif rate di sana," ia menambahkan.
Dewi mengingatkan adalah agar masyarakat dapat menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat dan fit. Ia mengatakan, mengalahkan virus corona baru (Sars-CoV-2) ini dengan daya tahan tubuh yang kuat.
Advertisement