Sukses

Hari Kemerdekaan Indonesia: Aksi Meimura Ajak Pedagang Pasar Pakai Masker

Lewat kesenian, Meimura berupaya mensosialisasikan memakai masker di pasar tradisional sebagai aksi nyata kontribusi kemerdekaan Indonesia untuk hadapi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Gegap gempita perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2020 berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini seiring pandemi yang masih terjadi membuat sejumlah aktivitas menjadi terbatas lantaran untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Meski demikian, peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ini sebagai momen Bangsa Indonesia untuk mengingat perjuangan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan.

Nilai-nilai positif untuk memperjuangkan kemerdekaan tersebut juga tampaknya masih relevan terutama situasi saat ini.

Gotong royong, saling tolong menolong, peduli kepada sesama menjadi nilai-nilai yang dipegang terutama hadapi pandemi COVID-19.

Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut juga kontribusi sebagai warga terutama hadapi pandemi. Hal ini dilakukan salah satu seniman ludruk di Surabaya, Jawa Timur. Meimura memerankan tokoh ludruk Rusmini untuk beraksi di pasar tradisional di Surabaya, Jawa Timur.

Aksi yang dilakukan Meimura untuk membagikan masker, dan mengingatkan pedagang agar memakai masker di pasar-pasar tradisional di Kota Pahlawan.

Lewat kesenian, Meimura berupaya mensosialisasikan protokol kesehatan memakai masker di pasar tradisional. Aksi nyata yang dilakukan Meimura untuk mendorong pedagang pasar tradisional terutama sudah berusia lanjut untuk memakai masker.

Dengan memakai masker diharapkan dapat menekan penyebaran COVID-19 di pasar. Sejak pukul 07.00 WIB, ia berkeliling di salah satu pasar tradisional untuk memainkan aksi monolog ludruk dengan memerankan tokoh Rusmini yang merupakan kekasih Besut, tokoh ludruk.

Meimura menuturkan, dirinya memiliki waktu pagi hari yaitu pada pukul 07.00-10.00 WIB untuk sosialisasi protokol kesehatan. Ia mengunjungi pasar di Gunung Anyar, pasar kaget, dan pasar tradisional lainnya.

Biasa selama sejam, Meimura beraksi di pasar untuk mengingatkan pedagang memakai masker. Aksi tersebut sudah dilakukan sejak pertengahan Juli 2020. Pasar yang pertama ia kunjungi untuk sosialisasi di Pasar.

"Durasi satu jam untuk pasar pendek," ujar ayah dari tiga anak ini saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin, (17/8/2020).

Meimura memainkan ludruk monolog di pasar tradisional untuk mengingatkan warga memakai masker sebagai bentuk kegelisahannya melihat COVID-19.  Dengan memakai masker, face shield dan membawa pengeras suara ia mengingatkan warga terutama di pasar tradisional untuk pakai masker.

"Bapak ibu jangan lupa pakai masker, jaga jarak, cuci tangan itu senjata melawan corona," pesan Meimura ketika sosialisasi di pasar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Alasan Meimura Ajak Pedagang Pakai Masker

Ada  pandemi COVID-19 berdampak terhadap seluruh sektor terutama sektor kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Ia sedih ketika melihat siswa-siswa yang belum dapat belajar optimal karena pandemi COVID-19.

Padahal siswa-siswa tersebut merupakan generasi muda Indonesia penerus bangsa yang akan menjadi kekuatan Indonesia. Jika generasi muda Indonesia tersebut tidak mendapatkan pendidikan layak bagaimana Bangsa Indonesia dapat maju. Hal itu membuat Meimura berinisiatif untuk sosialisasikan protokol kesehatan di pasar-pasar.

"Harus ada sesuatu yang masif sikapi pandemi COVID-19 dengan cepat dan berakhir. Dunia tidak bisa prediksi kapan ini berakhir,” tutur  pria kelahiran 16 Mei 1963 ini.

Jika pahlawan memakai bambu runcing untuk merebut kemerdekaan, Meimura menuturkan, senjata masyarakat saat ini dengan mematuhi protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun untuk cegah penyebaran COVID-19.

"Salah satu senjata dengan tubuh kita harus sehat. Senjata masyarakat itu dengan memakai masker, patuhi protokol kesehatan. Itu yang saya lakukan hampir setiap hari ke pasar (mengingatkan-red),” ia menambahkan.

Suami dari Rugaiyah Adam ini mengaku memilih pasar tradisional untuk sosialisasi protokol kesehatan karena banyak pedagang berusia lanjut rentan tertular COVID-19.

Ia menuturkan, para pedagang di pasar tradisional terutama pedagang ikan, udang, kerang menggantungkan kehidupannya di pasar tradisional dan situasi pandemi telah berimbas terhadap penghasilan pedagang.  

Selain itu, pasar juga tempat berkumpul dan padat. Meimura menuturkan, kalau tidak rutin sosialisasi protokol kesehatan di pasar entah kapan pandemi COVID-19 akan selesai.

"Saat ini sudah seperti tidak ada pandemi. Harus ada pendekatan kesenian (mengingatkan pakai masker-red)," kata dia.

Meimura menuturkan, pedagang di pasar tradisional tersebut tidak hanya membutuhkan satu masker saja tetapi minimal tiga masker. Hal itu membutuhkan biaya bagi pedagang.

"Memakai masker itu paling ampuh karena lewat droplet (penularan COVID-19, red). Memakai masker itu harus diganti, satu hari butuh tiga. Di pasar itu orang sudah sepuh, jadi diingatkan untuk dicuci dan ganti masker,” kata penerima penghargaan dari gubernur pada 2017 kategori pelestari tradisi dan kreator seni teater.

3 dari 3 halaman

Butuh Pendekatan Berbeda

Di sisi lain,ia melihat pendekatan formal untuk sosialisasikan protokol kesehatan di pasar tradisional juga menjadi persoalan.

"Ada pendekatan kaku. Satpol PP cenderung formal. Yang berjaga di sana juga tidak ingatkan dan ada persoalan. Amati COVID-19 di Surabaya ini banyak persoalan, arogansi. Dekati dengan kesenian. Orang senang dan paham ludruk. Pendekatan lebih sreg, itu yang saya lakukan,” tutur pria yang berkesenian sejak usia 6 tahun ini.

"Jika tidak pakai masker benar, saya betulkan. Di pasar itu bagaimana membuat atmosfer yang cair. Apalagi situasi di pasar yang beli tidak seperti dulu. Butuh situasi yang cair. Bahkan saya di sangka orang bu wali,” ia menambahkan.

Meimura mengaku merogoh kocek sendiri saat awal membagikan masker dan sosialisasi di pasar pada pertengahan Juli 2020. Jumlah masker dibagikan bisa sekitar 60 buah. Ketika awal sosialisasi di pasar, ia memakai masker, face shield, dan sarung tangan. Bahkan ia pernah memakai alat pelindung diri (APD).

Akan tetapi, APD  yang dipakai dipersepsikan kurang baik oleh warga di pasar tradisional. Ia pun tidak memakai sarung tangan lagi sehingga lebih akrab dengan pedagang. “Kaos tangan kurangi keakraban. Cukup masker, dan jaga jarak minimal satu meter,” kata dia.

Seiring aksinya yang sudah diketahui sejumlah pihak sehingga mendapatkan bantuan masker.

"Ada dari Gusdurian kirim 50. Ada aliansi pelajar, ada Satpol PP Jawa Timur," kata dia.

Bahkan aksi Meimura tersebut mendapatkan perhatian dari pemerintah provinsi Jawa Timur. Ia pun “Direspons bu gubernur, Satpol PP dan tim covid titipi masker (untuk dibagikan-red). Selasa dipertemukan dengan ketua gugus tugas Jatim mau berikan masker,” ujar Meimura.

Meimura berharap aksinya tersebut juga dapat diikuti dengan seniman lain. Ia menilai butuh sesuatu nyata untuk sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat, salah satunya kesenian.

Lewat kesenian diharapkan juga turut membantu penanganan COVID-19. Ia juga mengharapkan seniman juga mendapatkan perhatian dari pemerintah seperti dunia usaha yang mendapatkan insentif.

"Ludruk dalam kondisi stuck. Dengan ada ludruk, bawa peran ludruk dan tokoh ludruk baik antagonis dan protagonis dimanfaatkan bergerak masif di Jawa Timur, gerakan seniman di pasar tradisional untuk bantu tekan penyebaran COVID-19,” ujar dia.

Ia juga mengharapkan seniman juga mendapatkan perhatian dari pemerintah seperti dunia usaha yang mendapatkan insentif.