Sukses

Kutipan Inspirasi 7 Tokoh Indonesia Sambut Hari Kemerdekaan Indonesia

Perayaan Hari Kemerdekaan membawa ingatan kita pada perjuangan para pendiri bangsa ini. Dari semangat dan tekat perjuangan yang mereka kobarkan, Indonesia menjadi negara merdeka.

Liputan6.com, Jakarta - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pada Jumat, 17 Agustus 1945. Hari ini, bangsa yang besar itu merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-75.

Perayaan Hari Kemerdekaan membawa ingatan kita pada perjuangan para pendiri bangsa ini. Dari semangat dan tekat perjuangan yang mereka kobarkan, Indonesia menjadi negara yang merdeka.

Tak peduli banyak cobaan dan rintangan dihadapi. Meski harus mempertaruhkan nyawa, para pejuang kemerdekaan tidak pernah lelah apalagi menyerah.

Kisah perjuangan mereka adalah pelajaran penting untuk kita renungkan. Agar dapat mengisi hari dengan hal-hal berarti. Menyongsong masa depan yang cerah penuh maslahat.

Pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-75, bangsa ini sedang berjuang melawan virus corona baru (Sars-CoV-2) yang sebabkan COVID-19. Banyak pejuang medis yang gugur dalam mengemban tugas menangani pasien.

Namun, pengabdian para pejuang kesehatan ini terus berlanjut. Hingga bangsa yang besar ini benar-benar bebas dari belenggu virus corona baru (Sars-CoV-2). Agar hidup kita kembali normal dan menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Agar semangat hari kemerdekaan tetap melekat dalam kita, berikut adalah kutipan kata-kata bijak dari para tokoh dan pendiri bangsa Indonesia yang inspiratif yang dikutip dari berbagai sumber, Senin (17/8/2020). 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

7 Kata Bijak Tokoh Indonesia

“Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya," KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 Republik Indonesia.

"Jadilah anak muda yang produktif sehingga menjadi pribadi yang profesional dengan tidak melupakan dua hal, yaitu iman dan takwa,” Prof. B.J. Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia.

"Untuk mencapai sesuatu, harus diperjuangkan dulu. Seperti mengambil buah kelapa, dan tidak menunggu saja seperti jatuh durian yang telah masak," Mohammad Natsir, Perdana Menteri ke-5 Indonesia masa jabatan 1950-1951 (Era Demokrasi Parlementer).

"Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru," Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional.

"Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika memang mau berjuang,” Abdul Muis, Sastrawan, politikus dan wartawan Indonesia, Pengurus besar Sarekat Islam, Anggota Volksraad.

"Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat,” Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia pertama.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya," Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia.