Sukses

Satgas: 137 Guru di Surabaya Terpapar COVID-19, 4 Orang Meninggal

Wakil Sekretaris Gugus Tugas COVID-19 Surabaya, Irvan Widyanto menuturkan, pihaknya telah melakukan tes usap atau tes swab massal kepada 3.127 guru SD dan SMP di Surabaya, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) menyatakan sekitar 137 guru di Surabaya, Jawa Timur terpapar COVID-19.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas COVID-19 Surabaya, Irvan Widyanto menuturkan, pihaknya telah melakukan tes usap atau tes swab massal kepada 3.127 guru SD dan SMP di Surabaya, Jawa Timur. Dari hasil tes usap tersebut, 137 guru dinyatakan positif COVID-19. Sementara itu, empat orang meninggal dunia.

"Iya. Benar," ujar Irvan saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Sabtu, (22/8/2020).

Ada isu puluhan guru meninggal karena COVID-19, Irvan membantah kabar tersebut. "Hoaks," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Guru hingga Tenaga Kependidikan SD-SMP di Surabaya Kerja dari Rumah

Sebelumnya, keputusan itu diambil Dinas Pendidikan Kota Surabaya mempertimbangkan hasil analisis dan rekomendasi tim kesehatan karena tingginya penyebaran COVID-19 di wilayah setempat.

"WFH ini diambil berdasarkan hasil analisis dan rekomendasi tim kesehatan terkait dengan persebaran COVID-19 di sekolah-sekolah di Surabaya," ujar dia, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 18 Agustus 2020.

Supomo menuturkan, keputusan guru untuk bisa kembali kerja dari kantor atau work from office (WFO) akan menunggu kajian dari tim kesehatan.

Supomo tak menampik jika penyebaran COVID-19 juga terjadi di lingkup sekolah meskipun pembelajaran belum berjalan normal. Namun, ia enggan memaparkan sebaran klaster COVID-19 di lingkungan sekolah.

"Data saya tidak punya tapi dinas kesehatan yang punya karena ini dilindungi juga datanya oleh undang-undang," kata dia di Surabaya.

Meski menerapkan kebijakan kerja dari rumah untuk guru dan tendik, Disdik Surabaya menerapkan piket untuk tenaga keamanan dan kebersihan untuk menjaga keamanan dan kebersihan sekolah selama tidak dipergunakan untuk beraktivitas.

"Yang piket petugas keamanan dan kebersihan, guru tidak perlu piket," katanya.

Sebelumnya kebijakan WFH diambil setelah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Surabaya meminta agar guru bisa lebih banyak bekerja dari rumah. Tidak harus bekerja di kantor.

Sebab, banyak guru yang meninggal diduga terpapar COVID-19. Apalagi, dalam satu sekolah ada 50 guru dan pegawai. Sulit menerapkan jaga jarak jika seluruhnya bekerja dari sekolah.Â