Liputan6.com, Jakarta - Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo mengingatkan warga tetap disiplin terapkan protokol kesehatan meski Surabaya, Jawa Timur kembali zona oranye atau risiko sedang penyebaran COVID-19.
"Masyarakat harus sabar, jangan anggap COVID-19 tidak ada. Harus patuh protokol kesehatan di mana pun," ujar Windhu saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (25/8/2020).
Ia menyarankan warga agar tidak bepergian dulu di tengah pandemi COVID-19. Jika terpaksa untuk keluar, Windhu mengingatkan masyarakat untuk patuh dan disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga cegah penyebaran COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ia menegaskan pemerintah daerah (pemda) untuk memberikan apresiasi dan hukuman dalam penegakan disiplin protokol kesehatan. Windhu juga mengingatkan agar testing atau tes COVID-19 juga harus ditingkatkan.
"Testing juga harus masif. Indonesia termasuk di Jawa Timur saat ini belum memenuhi standar testing WHO. Di Jawa Timur harusnya 5.700, sekarang 4.000-4.500, sudah bagus tapi belum ideal. Testing harus dilakukan secara masif, demikian juga isolasi,” kata dia.
Sementara itu, berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, Selasa, 25 Agustus 2020 pukul 12:55 WIB, ada tambahan pasien positif COVID-19 di Surabaya sebanyak 89 orang. Total kasus kumulatif di Surabaya mencapai 11.628 orang.
Pasien sembuh dari COVID-19 bertambah 107 orang menjadi 8.968 orang. Di satu sisi, pasien meninggal karena COVID-19 bertambah enam orang menjadi 900 orang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Surabaya Kembali Zona Oranye COVID-19 di Peta Risiko
Sebelumnya, Surabaya, Jawa Timur yang sempat berstatus zona merah atau risiko tinggi penyebaran COVID-19 kini kembali menjadi zona oranye atau risiko sedang. Hal tersebut berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 merilis peta risiko, Selasa, 25 Agustus 2020.
Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan COVID-19 Jatim, Joni Wahyuhadi menegaskan, perubahan itu berdasarkan perhitungan Satgas Pusat yang diperbarui tiap satu minggu sekali.
"(Penentuannya) ada tiga (faktor), epidemiologi, pelayanan kesehatan dan surveilens. Jadi tidak hanya satu, ada 15 (indikator) kemudian jadi 3 (faktor besar)," tutur dia.
Joni menyampaikan, warna peta risiko COVID-19 yang berubah itu sebenarnya dapat menjadi pengingat atau alarm bagi tiap-tiap daerah.
Zona wilayah akan berubah menjadi merah lagi apabila masyarakat abai dengan protokol kesehatan. Kasus bisa tumbuh bak jamur di musim hujan, potensi kematian pun secara otomatis meningkat.
"Semua masih bisa berubah-ubah. Dia ber-progress tiap Selasa. Misalkan merah itu high risk transmisi penularannya. Kuning (rendah penularan) juga ada risiko," tutur dia.
Terkait Sidoarjo yang masih masuk zona merah di peta risiko, Joni menyampaikan memang daerah tersebut berisiko tinggi penularan COVID-19.
Meskipun jumlah kasusnya lebih sedikit daripada Surabaya. Akan tetapi persentase tingkat kematian dan penularan di Sidoarjo masih tinggi.
"Memang kita lihat kematiannya banyak, tinggi. Warna dipengaruhi penambahan case, kematian, transmission rate dan macam-macam. Persediaan sarana kesehatan juga. Intinya Ada 15 (indikator)," tegas Joni.
Tambahan pasien positif COVID-19 di Jawa Timur masih terjadi. Ada tambahan pasien COVID-19 sebanyak 320 orang pada Senin, 24 Agustus 2020.
Kasus kumulatif pasien positif COVID-19 mencapai 30.645 orang hingga 24 Agustus 2020 di Jawa Timur.
Pasien dinyatakan sembuh dari COVID-19 bertambah 321 orang. Dengan demikian, total pasien positif COVID-19 yang sembuh mencapai 23.953 orang.
Sementara itu, pasien meninggal karena COVID-19 bertambah 23 orang di Jawa Timur. Total pasien meninggal karena COVID-19 mencapai 2.195 orang.
Advertisement