Liputan6.com, Jakarta - Mendengar kata cacing, mungkin bagi sejumlah orang jijik dan geli. Akan tetapi, cacing juga bermanfaat seperti saat memancing, mengurai tanah dan sampah. Bahkan cacing juga menjadi bahan baku kosmetik hingga makanan untuk pengobatan luka.
Dengan manfaat tersebut, seorang warga Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Rudy Dwi Winarko menjadikan cacing sebagai sumber mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.
Sejak 2013, ia memutuskan keluar bekerja sebagai buruh pabrik. Ia menekuni budidaya cacing di rumahnya. Dalam satu bulan, keuntungan yang didapat dari beternak cacing ini, bisa mencapai Rp 5 juta-Rp 6 juta.
Advertisement
Baca Juga
Selain untuk pakan ikan, cacing ini juga dibutuhkan untuk industri kosmetik. Tak hanya itu, cacing juga sebagai bahan obat penyembuh luka, karena mengandung protein yang tinggi.
Tidak sulit memelihara cacing ini, cukup ditempatkan di rak bersusun, dan diberi media bekas tanaman jamur, serta diberikan pakan sekali dalam 2 hari. Pakannya pun murah yakni, berupa sayuran bekas, yang dibuang di pasar atau media bekas jamur.Â
"Perlu diketahui bahwa cacing mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi, yaitu antara 70 sampai 80 persen, itu lebih tinggi dari daging sapi maupun ikan, sehingga apabila kita manfaatkan, itu bisa menjadi suplemen maupun obat bagi tubuh kita, dan satu lagi manfaat dari cacing, penghasil pupuk yang sangat bagus buat pertumbuhan dan recovery dari kesuburan tanah," ujar Peternak Cacing, Rudy Dwi Winarko, seperti dikutip dari tayangan Liputan6.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jual Tiga Jenis Cacing
Saat ini, Rudy menjual tiga jenis cacing, yakni lumbricus rubellus, per kilogram dihargai Rp 90.000. Lalu jenis lumbricus foetida dijual dengan harga Rp 80.000 per kilogram, dan lumbricus peretima yang dijual Rp 60.000 per kilogram.
Selain dijual dalam bentuk cacing hidup, cacing hasil budidayanya juga dijual dalam bentuk pupuk, di oven hingga dijadikan tepung cacing. Saat ini, Rudy hanya mampu memenuhi pasar Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, karena keterbatasan tenaga, dan lahan yang dimilikinya.
Advertisement