Sukses

Angka Kematian COVID-19 Komorbid Ginjal Terbanyak di RSUD Dr Soetomo

Ketua Satgas Kuratif Jatim Joni Wahyuhadi menuturkan, risiko kematian COVID-19 tertinggi dengan premorbid di Jatim sebesar 10,9 persen. Sedangkan kematian akibat komorbid ginjal mencapai 3,7 kali.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Satgas Kuratif Jatim Joni Wahyuhadi mengungkapkan, angka kematian pasien COVID-19 dengan komorbid atau penyakit penyerta ginjal banyak ditemukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya. 

Dia menuturkan, risiko kematian COVID-19 tertinggi dengan premorbid di Jatim sebesar 10,9 persen. Sedangkan kematian akibat komorbid ginjal mencapai 3,7 kali. 

"Jadi kalau ada orang sakit ginjal akut, dibandingkan dengan tidak, kemungkinan untuk meninggal 3,7 kali lebih banyak. Itu penelitian di kita di RSUD dr Soetomo, mungkin di tempat lain beda," ujar dia, Senin (21/9/2020). 

Pria yang juga sebagai Direktur Utama RSUD dr Soetomo ini mengatakan, untuk kematian pasien COVID-19 dengan komorbid diabetes rata-rata sebanyak 3,4 kali, PPOK 3,2 dan jantung 3,1 kali serta usia lebih dari 60 tahun sebesar 2,9 kali. "Maka, jika dimatch-kan antara risiko kematian dengan premorbid, kematian yang paling tinggi adalah sakit ginjal," ucapnya. 

Joni menuturkan, sakit ginjal memiliki hubungan erat dengan diabetes kronis. Dalam istilah COVID-19 disebut dengan AQ. "Itu kematiannya paling tinggi. Di RSUD dr Soetomo pun kalau sudah HD (hemodialisa) itu sign of dead," imbuhnya. 

Joni mengatakan, dalam kegiatan morning report para dokter spesialis terhadap pasien COVID-19, jika pasien sudah terdeteksi HD, artinya harapan hidup tidak akan lama lagi.

"Kalau sudah progressnya HD, hari ini HD, waduh besok kita tunggu. Jadi ginjal hati-hati. Nomor dua diabetes, nomor tiga jantung," kata dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Menekan Angka Kematian COVID-19 Jadi PR Bersama

Joni menyampaikan, angka kematian saat ini merupakan pekerjaan rumah bersama. Per 20 September 2020, tercatat tambahan 23 konfirmasi pasien COVID-19 meninggal sehingga total angka kematian 2.965 (7,28 persen).

"Jika dibandingkan provinsi lain, memang kematian kita cukup banyak. Kami masih terus mengeksplorasi kenapa demikian," tutur dia. 

Joni menegaskan, penyebab kematian tertinggi yang naik masuk dalam daftar tren evaluasi dua mingguan. "Ini yang menakutkan tertinggi pada September ini dibandingkan dengan sebelumnya. Tapi ini menyedihkan di awal September. Kendati kasus positif mulai turun," ucapnya.Â