Sukses

Epidemiolog Unair Ingatkan Tetap Waspada meski Kasus COVID-19 Terkendali di Surabaya

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika menuturkan, meski kasus COVID-19 terkendali di Surabaya, masyarakat dan pemerintah harus tetap waspada.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 cenderung terkendali di Surabaya, Jawa Timur. Ini ditunjukkan dari tambahan kasus positif COVID-19 dan kasus aktif COVID-19.

Tambahan kasus positif COVID-19 di Surabaya sebanyak 44 orang pada Minggu, 18 Oktober 2020. Total pasien positif COVID-19 di Surabaya mencapai 15.323 orang. Pasien sembuh dari COVID-19 bertambah 53 orang menjadi 13.965 dan pasien meninggal bertambah dua orang menjadi 1.128 orang. Demikian mengutip dari instagram @kominfojatim.

Selama sepekan, tambahan kasus baru positif COVID-19 pada 5-11 Oktober mencapai 409 orang. Sementara itu, pada 12-19 Oktober tercatat tambahan kasus baru positif COVID-19 mencapai 343 orang.

Sementara itu, berdasarkan data lawancovid-19.surabaya.go.id, pasien konfirmasi dalam perawatan sebanyak 241 orang, total kumulatif konfirmasi mencapai 15.279 orang, pasien sembuh dari COVID-19 sebanyak 13.912 orang, dan konfirmasi meninggal 1.126 orang pada 17 Oktober 2020.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika menuturkan, meski kasus COVID-19 terkendali di Surabaya, masyarakat dan pemerintah harus tetap waspada. Hal ini agar mencegah lonjakan kasus COVID-19.  Oleh karena itu, protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun tetap diterapkan. "Protokol kesehatan tetap meski terkendali," ujar Laura saat dihubungi Liputan6.com, Senin (19/2020).

Laura menuturkan, upaya testing, tracing dan treatmen (3T) dilakukan di Surabaya dan Jawa Timur berdampak terhadap kasus COVID-19. Upaya dilakukan dengan pemeriksaan tes COVID-19 gratis tidak hanya kepada kontak erat dan hasil tracing tetapi juga pedagang dan sopir.

Pemeriksaan dilakukan dengan jemput bola di pasar dan tempat-tempat kerumununan sebagai upaya memutus mata rantai penularan COVID-19.

"Di beberapa lab spesimen tidak banyak, dan hasil positif swab sedikit, penyebaran semakin berkurang di Surabaya. Saat ini kasus sudah di bawah 500. Tetapi harus melihat gambaran indikator positivity ratenya (PR). PR ini jumlah positif COVID-19 dibagi jumlah pemeriksaan," ujar dia.

Meski demikian, Laura mengingatkan agar tidak lengah karena, secara nasional, kasus COVID-19 masih belum menemui puncak dari pandemi dibandingkan negara lain. Oleh karena itu, potensi penularan COVID-19 masih besar sehingga protokol kesehatan tetap dilakukan.  "Karena masih pandemi. Nasional belum turun drastis, belum temui  puncak pandemi,” kata dia.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Demo dan Pilkada Bayangi Penanganan COVID-19

Apalagi menurut Laura, kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) dan demo juga membayangi penanganan COVID-19. Ia menuturkan, jangan terjadi klaster baru dari demo dan pilkada. Oleh karena itu, upaya 3T harus tetap dilakukan.

"Tetap dilakukan monitoring mulai dari data harian, jumlah pemeriksaan, positivity rate, kasus harian.  Surveillance kesehatan harus siap. Harus waspadai kerumunan dan kericuhan saat demo. Ini dilakukan untuk melindungi masyarakat karena banyak kasus Orang Tanpa Gejala (OTG,”kata dia.

Laura mengapresiasi pemeriksaan COVID-19 kepada demonstran  dan polisi pada 8 Oktober 2020. Dengan demikian, kasus COVID-19 dapat ditemukan. "Segera ditangani, diisolasi, dan dipantau, dan dijaring itu bisa dilakukan,” kata dia.