Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka kembali menyelimuti dunia kesehatan. Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) A.Yani Surabaya dr Samsul Arifin tutup usia pada Sabtu, (14/11/2020) sekitar pukul 06.15 WIB. Dr Samsul Arifin meninggal karena COVID-19.
Hal itu seperti disampaikan Ketua IDI Surabaya dr Brahmana Askandar SpOG. Dokter Brahmana menuturkan, dr Samsul Arifin dirawat di RSUD dr Soetomo. Dr Samsul Arifin yang juga menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) A.Yani Surabaya ini meninggal karena COVID-19.
“(meninggal-red) pukul 06.15 WIB karena COVID-19. (dirawat-red) di RSUD dr Soetomo,” ujar dia.
Advertisement
Meninggalnya dokter Samsul Arifin menambah daftar tenaga kesehatan yang tutup usia karena COVID-19 di Indonesia. Sebelumnya, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkap, jumlah dokter yang gugur akibat COVID-19 totalnya menjadi 136 orang.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
IDI: Jumlah Dokter yang Gugur karena COVID-19 Capai 136 Orang
Menurut siaran pers IDI yang diterima di Jakarta, Kamis, 15 Oktober 2020, dalam sepekan terakhir ada empat dokter yang meninggal dunia akibat infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
"Mereka terdiri dari 69 dokter umum termasuk empat guru besar, 63 dokter spesialis termasuk di antaranya lima guru besar, serta dua residen atau dokter spesialis yang sedang menjalani tugas penempatan," sebut IDI dilansir Antara, seperti dikutip dari kanal News Liputan6.com
Dokter-dokter yang meninggal dunia akibat infeksi virus Corona tercatat berasal dari Jawa Timur (32), Sumatra Utara (23), DKI Jakarta (19), Jawa Barat (12), Jawa Tengah (9), Sulawesi Selatan (6), Bali (5), Sumatra Selatan (4), Kalimantan Selatan (4), Aceh (4), Kalimantan Timur (3), Riau (4), Kepulauan Riau (2), Yogyakarta (2), Nusa Tenggara Barat (2), Sulawesi Utara (2), Banten (2), dan Papua Barat (1).
Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI Dr Ari Kusuma Januarto mengatakan, bahwa kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan akibat COVID-19 masih terjadi dan semakin mengkhawatirkan.
"Harus ada kerja sama menyeluruh baik dari pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan sehingga para tenaga medis dan tenaga kesehatan dapat melanjutkan pekerjaan penting mereka tanpa mempertaruhkan nyawa mereka sendiri," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pedoman dan Protokol Kesehatan Tim Mitigasi PB IDI, dr Eka Ginanjar mengemukakan, bahwa masih banyak warga yang setengah hati dalam menjalankan protokol kesehatan.
Hal itu terlihat dari dari banyaknya orang yang belum memakai masker secara benar, berkumpul tanpa mengenakan masker, jarang mencuci tangan, serta abai berganti pakaian setelah beraktivitas di luar rumah.
Advertisement
Waspadai OTG
Dia pun menekankan pentingnya kepatuhan menjalankan protokol kesehatan untuk menghindari risiko penularan virus dari orang yang terserang COVID-19 tetapi tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan.
"Orang yang merasa baik-baik saja padahal sebenarnya membawa virus ini biasanya belum pernah melakukan testing COVID-19, kemudian melakukan aktivitas di luar rumah dengan mengabaikan protokol kesehatan, dan lalu menularkannya pada orang lain yang rentan," katanya.
Menurut Ginanjar, mereka yang mengalami gejala ringan seperti flu janganlah dianggap remeh.
"Orang yang mengalami gejala seperti flu walaupun hanya ringan janganlah meremehkan hal ini. Hindari keluar rumah ataupun berkumpul dan segera lakukan testing. Dalam banyak hal, orang-orang masih sulit mempercayai keberadaan COVID-19 saat ini," kata Eka.