Sukses

Profil Irjen Nico Afinta, Kapolda Jatim Kelahiran Surabaya

Irjen Nico Afinta resmi menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur. Untuk pertama kalinya dia mengemban tugas di Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Pol Idham Azis memimpin upcara serah terima jabatan delapan kapolda, koorsahli Kapolri Propam dan Aslog Kapolri pada Jumat, 20 November 2020.

Salah satu kapolda yang dilantik yaitu Kapolda Jawa Timur (Kapolda Jatim) Irjen Nico Afinta yang menggantikan Irjen Fadil Imran. Irjen Pol Fadil Imran menempati jabatan baru sebagai Kapolda Metro Jaya.

Adapun mutasi itu berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor:ST/3222/XI/KEP./2020 pada 16 November 2020.

Sebelum dilantik sebagai Kapolda Jatim, Irjen Nico menjabat sebagai Kapolda Kalimantan Selatan sejak 1 Mei 2020. Ia menggantikan Irjen Pol Yazid Fanani.

Saat menjabat sebagai Kapolda Kalimantan Selatan, pihaknya mengungkap tiga kuintal sabu-sabu asal Malaysia pada 6 Agustus 2020.

Mengutip Antara, aksi menggagalkan penyelundupan narkoba tersebut mencatatkan rekor terbesar di luar Polda di Pulau Jawa. Oleh karena itu, ia mendapatkan penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan dan Ketua DPRD Kalimantan Selatan.

Nico juga mendorong upaya pencegahan digencarkan sehingga masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya dalam ancaman bahaya peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Ia menginisiasi gelaran webinar edukasi bahaya narkoba pertama di Indonesia selama pandemi COVID-19 pada 7 Oktober 2020. Hingga meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Habiskan Masa Remaja di Surabaya

Nico bukan orang baru di Jawa Timur. "Bapak Nico ini lahir, besar, di Surabaya. Arek suroboyo asli. Beliau alumni SMA 2 Surabaya, SD, SMP di Surabaya. Orangtuanya tinggal di Suroboyo, ibunya asli Kediri," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M.Fadil Imran, di Mapolda Jatim pada Sabtu, (21/11/2020).

Nico kelahiran Surabaya, 30 April 1971 ini lulusan Akpol 1992. Ia habiskan masa remaja di Surabaya. Ia menempuh pendidikan di SMPN 1 Jalan Pacar Surabaya. Selanjutnya melanjutkan sekolah di SMAN 2 Surabaya.

Nico juga menyelesaikan pendidikan SI PTIK pada 2001, Sespim Polri 2006. Kemudian melanjutkan S2 Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung pada 2010, dan S3 Fakultas Hukum Unpad Bandung pada 2016 serta Sespimti Polri pada 2016. Demikian mengutip berbagai sumber, ditulis Sabtu, 21 November 2020.

Sedangkan karier di Polri, ia pernah menjabat sebagai Kapolsek Metro Ciputat Polres Jakarta Selatan pada 2000, Kanit Ekonomi Ditreskrim Polda Jawa Tengah pada 2003, Wakasat Reskrim Polwiltabes  Semarang pada 2004, dan Kepala Unit Sumdaling Ditkrimsus Polda Metro Jaya pada 2006.

Ia juga pernah menjabat sebagai Subdit V Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 2006, Kepala Subdit III Umum/Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 2008, Wadirreskrimum Polda Metro Jaya pada 2011.

Nico juga pernah menjabat sebagai Kapolrestabes Medan pada 2013, Kabagbindik Sespimma Sespim Polri Lemdikpol pada 2016, Analis Kebijakan Madya Bidang Pidum Bareskrim Polri pada 2016/lulus pendidikan Sespati.

Selanjutnya Dirresnarkoba Polda Metro Jaya pada 2016, Dirreskrimum Polda Metro Jaya pada 2017, Karobinopsnal Bareskrim Polri pada 2018, Dirtipidum Bareskrim Polri pada 2019, Sahlisospol Kapolri pada 2019, dan Kapolda Kalimantan Selatan pada Mei 2020.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

3 dari 3 halaman

Dorong Musyawarah dan Gotong Royong

Saat ditanya mengenai kembali ke kampung halaman untuk pertama kalinya, Irjen Pol Nico Afinta mengaku bangga. 

"Saya bangga juga, dan saya akan mengkomunikasikan dengan semua pihak. Karena saya yakin, dengan musyawarah mufakat dan gotong royong permasalahan di Jatim ini bisa terselesaikan," ujar Nico. 

Nico juga mengatakan, Irjen Pol Fadil sudah menunjukkan dengan berkeliling ke semua daerah di Jatim, berkomunikasi dengan semua pihak. 

"Saya yakin, dengan guyubnya orang Surabaya, dengan keterusterangannya orang Surabaya, dan keterbukaannya orang Surabaya, permasalahan bisa dikomunikasikan. Sehingga saya yakin itu bisa terselesaikan dengan musyawarah, mufakat, dan gotong royong," ucapnya.