Sukses

8 Candi di Blitar Penuh Nilai Sejarah, Bukti Kejayaan Masa Lampau

Blitar menawarkan wisata sejarah yang sayang untuk dilewatkan.

Liputan6.com, Jakarta Blitar merupakan salah satu kota dengan banyak peninggalan bersejarah. Mulai dari tempat kelahiran Proklamator, Soekarno hingga peninggalan zaman kerajaan, Blitar sangat cocok dijadikan destinasi sejarah. Salah satu wisata sejarah yang bisa ditemukan di Blitar adalah candi.

Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur, berada di kaki Gunung Kelud. Ini membuat sejumlah candi dan artefak sejarah banyak ditemukan. Ada beberapa candi di Blitar yang sangat memesona. Candi-candi ini menjadi bukti kejayaan kerajaan di masa lampau.

Jika kamu mengunjungi kota ini, jangan lupa untuk mampir ke salah satu candinya. Berikut 8 candi di Blitar, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin(23/11/2020).

2 dari 9 halaman

Candi Penataran

Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar. Candi ini merupakan sekumpulan bangunan kuno yang berjajar dari barat-laut ke timur kemudian berlanjut ke tenggara.

Candi ini merupakan candi termegah dan terluas di Jawa Timur. Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut dengan nama Candi Palah. Candi Palah sengaja dibangun di kawasan dengan latar belakang Gunung Kelud, karena memang dimaksudkan sebagai tempat untuk memuja gunung.

Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam ikonografi reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah. Wujud relief manusia digambarkan mirip wayang kulit.

3 dari 9 halaman

Candi Sawentar

Candi Sawentar berada di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Secara geografis Candi Sawentar berada di sebelah timur lereng Gunung Kelud. Kawasan candi ini juga dikelilingi oleh sungai. Candi ini diketahui merupakan candi bercorak Hindu.

Nama candi Sawentar disebut-sebut di dalam Kitab Negarakertagama, Candi Sawentar disebut juga Lwa Wentar sebagai salah satu tempat yang dikunjungi oleh raja Hayam Wuruk.

Bangunan candi ini dahulunya merupakan sebuah kompleks percandian, karena disekitarnya masih ditemukan sejumlah fondasi yang terbuat dari bata, dan candi ini diduga didirikan pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit.

4 dari 9 halaman

Candi Kotes

Candi Kotes merupakan kompleks candi bercorak Hindu-Saiwa yang berada di di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Candi Kotes juga biasa dikenal dengan Candi Papoh yang terdiri dari dua bangunan yang disebut Candi Kotes I dan Candi Kotes II.

Diperkirakan Candi Kotes berasal dari masa awal Kerajaan Majapahit. Candi Kotes I mempunyai ukuran panjang 360 cm, lebar 224 cm, tinggi 142 cm, dan struktur bangunan candinya hanya tinggal bagian kaki candi yang berbentuk segi empat.

Sementara Candi Kotes II kondisi bangunannya masih baik dan mempunyai ukuran panjang 754 cm, lebar 537 cm dan tingginya 90 cm. Candi Kotes II berbentuk segiempat, dan bangunan yang tersisa hanya berupa dasar candi dan tangga masuk.

5 dari 9 halaman

Candi Simping

Candi Simping berlokasi di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Candi Simping sebenarnya merupakan makam dari Raden Wijaya, Raja pertama Kerajaan Majapahit dan sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit yang berada di Trowulan Kabupaten Mojokerto. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309. Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan.

Saat ini Candi Simping hanya berupa lantai pondasi. Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping sebagaimana bentuk jandi-candi Jawa Timuran. Kondisi Candi Simping tidak memungkinkan untuk dipugar. Ini karena terlalu banyak bagian candi yang hilang.

6 dari 9 halaman

Candi Kalicilik

Candi Kalicilik merupakan sebuah candi bercorak Hindu yang terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Candi Kalicilik merupakan peninggalan kerajaan Majapahit dilihat dari tahun pada pintu masuk candi 1271 Saka (1349 Masehi).

Hingga saat ini belum diketahui fungsi Candi Kalicilik sebagai pendharmaan siapa mengingat dalam Negarakrtagama maupun prasasti tidak pernah menyebutkannya. Berdasarkan temuan arca Agastya dapat diketahui bahwa Candi Kalicilik bernafaskan agama Hindu-Siwa.

7 dari 9 halaman

Candi Selotumpuk

Candi Selotumpuk berada di puncak Gunung Batok, Desa Pagarwojo, Kesamben, Blitar. Bentuk bangunan candi sudah tidak beraturan seperti tumpukan reruntuhan batu. Batu-batu ini tersusun rapi namun tidak dalam bentuk aslinya. Ini sebabnya masyarakat disekitarnya memberikan sebutan Candi Selo Tumpuk (selo berarti batu) yang artinya adalah batu bertumpuk.

Candi Selotumpuk diketahui merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Candi ini diyakini menjadi salah satu tempat beribadah umat Hindu pada masanya.

8 dari 9 halaman

Candi Gambar Wetan

Candi Gambar Wetan berlokasi di Dusun Gambar Anyar, Desa Sumberasri, Nglegok, Blitar. Letak Candi Gambar Wetan berada di pinggir tebing bagian utara Sungai Lahar. Candi Gambar Wetan juga berbatasan dengan Sungai Bladak di sisi selatan.

Sebagian dari keseluruhan tanah di sekitar candi ini merupakan tanah berpasir karena candi ini terletak di sebelah sebelah selatan Gunung Kelud dan menjadi aliran lahar Gunung Kelud.

Gaya sisa hiasannya candi ini memperkuat dugaan bahwa ia dibangun pada masa kerajaan Majapahit. Candi Gambar Wetan dahulu digunakan sebagai tempat pemujaan dewa dan saat ini digunakan sebagai tempat acara selamatan oleh masyarakat Jawa.

9 dari 9 halaman

Candi Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang berada di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Candi ini letaknya masih satu kompleks dengan Situs Gadungan. Candi Wringin Branjang berjarak sekitar 100 m di sebelah barat Situs Gadungan I.

Candi Wringin Branjang memiliki bentuk yang sangat sederhana. Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi hanya mempunyai tubuh dan atap. Bentuk atap candi menyerupai atap rumah biasa, dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat penyimpanan alat-alat upacara dari zaman Kerajaan Majapahit yakni pada abad ke 15 M.

Video Terkini