Liputan6.com, Jakarta - Antusias warga Surabaya untuk datang ke Perpustakaan Herbal di Kelurahan Ngiden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya cukup tinggi. Perpus ini didirikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.
Kepala Seksi Informasi dan Layanan Perpustakaan Dispusip Kota Surabaya Imam Budi Prihanto mengatakan, saat sebelum pandemi COVID-19, dalam sehari pengunjung Perpustakaan Herbal silih berganti, Minggu 29 November 2020.
"Jika di pagi hari sebagian besar pengunjung dipenuhi dari kalangan ibu-ibu yang hendak membaca literasi herbal. Sedangkan, di siang hingga sore hari perpustakaan tersebut dipadati oleh anak-anak sekolah," katanya.
Advertisement
Menurut dia, antusias masyarakat setempat cukup banyak untuk datang ke Perpustakaan Herbal. Biasanya anak-anak itu ada proses bimbingan belajar (bimbel), membaca serta mengerjakan tugas sekolahnya, dilansir dari Antara.
Baca Juga
Tidak hanya itu, kata dia, setelah mendapatkan literasi yang ada di dalam perpustakaan, masyarakat langsung mengimplementasikan ilmunya di lahan milik pemkot itu. Sebagian besar dari mereka disibukkan dengan pengolahan herbal minuman seperti misalnya pengolahan jare merah.
Namun, lanjut dia, tidak jarang pula dari mereka yang juga tertarik mengolah herbal menjadi makanan. "Jadi ada hasil yang dapat diterapkan warga setelah membaca koleksi herbal dari kami. Kalau selama ini yang sering itu minuman herbalnya," katanya.
Untuk koleksi buku herbal yang paling sering dibaca, Imam menyebut salah satunya adalah buku berjudul Asyiknya Menjadi Herbalis Cilik. Dia menuturkan, buku itu berisi tentang cara menanam herbal dan cara pembuatan minuman herbal yang dikemas secara bagus dan ramah untuk anak-anak.
"Oleh sebab itu, hampir sebagian besar pemula herbalis membaca buku ini," katanya di Surabaya.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Awal Mula Pembangunan Perpustakaan Herbal
Bahkan, salah seorang Petugas Teknis Perpustakaan Herbal, Nginden Jangkungan bernama Restya Andaru Winandita, menceritakan pernah seorang warga datang membawa produk herbal buatan sendiri yaitu jamu-jamuan di bawa ke perpustakaan.
"Ibu itu membawakan kami jamu sinom. Produk itu juga dijual ke rumah-rumah," katanya.
Kepala Dispusip Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi mengatakan, awalnya perpustakaan tersebut dibuat lantaran warga setempat menginginkan adanya tempat baca di sekitar wilayah itu.
Namun, lanjut dia, setelah ditelusuri di lokasi tersebut, ditemukan potensi masyarakat yang dapat dikembangkan yakni pengelolaan tumbuh-tumbuhan herbal. Dari situ lah maka perpustakaan ini diberi nama Perpustakaan Herbal.
"Kebetulan di lingkungan perpustakaan itu ada tumbuh-tumbuhan herbal yang dikelola oleh masyarakat setempat. Nah tanah yang ditanami itu milik fasilitas umum (fasum) pemkot," katanya.
Ia menjelaskan, melihat potensi itu akhirnya koleksi buku yang terdapat dalam perpustakaan didominasi oleh buku-buku herbal. Bahkan Musdiq merinci dari total koleksi 1.119 judul buku yang tersusun rapi dalam rak, 500 buku di antaranya membahas seputar tentang dunia perherbalan.
"Jadi, itu kenapa koleksinya lebih spesifik tentang pengolahan tanaman herbal," urainya.
Advertisement