Sukses

Pengamat Politik: Risma Hadapi Banyak PR dan Tantangan Jadi Menteri Sosial

Pengamat politik sekaligus Direktur Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W. Oetomo menuturkan, jabatan baru Risma menjadi memiliki panggung politik yang jauh lebih besar dan lebih luas

Liputan6.com, Jakarta - Tri Rismaharini (Risma) dinilai akan hadapi banyak tantangan dan pekerjaan rumah (PR) setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Menteri Sosial.

"Ini tentu capaian yang pantas mendapatkan apresiasi. Dari sisi apapun Bu Risma layak mendapat kepercayaan ini setelah dua periode mampu memimpin dan mengangkat Kota Surabaya ke level yang lebih tinggi dengan segenap kinerja, dedikasi dan prestasinya selama ini," ujar Pengamat politik sekaligus Direktur Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W. Oetomo , seperti dilansir dari Antara, ditulis Rabu (23/12/2020).

Dia menuturkan, secara politis capaian ini banyak diinterpretasikan oleh berbagai pengamat sebagai capaian strategis Risma untuk membangun jalan politik berikutnya, baik dikaitkan dengan konteks Pilkada DKI maupun Pilkada Jatim ke depan, atau bahkan dikaitkan dengan konstalasi politik 2024.

"Karena dengan jabatan baru ini Risma menjadi memiliki panggung politik yang jauh lebih besar dan lebih luas," ujar dia.

Terlepas dari itu semua, ia menuturkan, di sisi lain tentu ini juga amanah yang tidak ringan. Ada begitu banyak PR (pekerjaan rumah) dan tantangan yang harus mampu dijawab Risma untuk bisa menjawab ekspektasi publik.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

PR Risma

Pertama, sebagai mensos Risma akan langsung berhadapan dengan situasi sosial yang pelik. Pandemi COVID-19 yang masih jauh dari kata akhir menyisakan banyak problem sosial yang harus mendapat perhatian dan penyelesaian.

"Apalagi ditambah lagi sekarang ini masuk bulan-bulan dengan cuaca dan curah hujan yang tidak menentu, yang memungkinkan munculnya banyak bencana dan musibah alam," ujar dia.

Kedua, sebagai mensos baru, Risma harus menghadapi berbagai problem internal kementerian yang ditinggalkan oleh mensos sebelumnya hingga membuatnya terkena OTT KPK. Kooordinasi, konsolidasi dan berbagai pembenahan internal kementerian tentu bukan hal yang gampang dan memerlukan energi tersendiri.

Ketiga, sebagai mensos baru, Risma mau tidak mau harus berhadapan dengan citra diri lembaga Kementeria Sosial (Kemensos) yang bisa dibilang ada pada titik nadir dengan berbagai kasus yang menjerat mensos-mensos sebelumnya.

"Mengembalikan citra diri kemensos tentu bukan pekerjaan gampang yang bisa ditempuh dengan cepat. Setidaknya Risma harus membuktikan Kemensos akan lebih bersih dan berintegrasi ke depannya," ujar dia.

Keempat, selama ini Kementerian ini selalu dikaitkan dengan kepentingan politik jejaring partai. Dalam hal ini, Risma memiliki tantangan besar untuk bisa menunjukkan kepada publik, kementerian ini bisa independen dari kepentingan politik jejaring partai.

Dalam konteks ini, Risma telah berhasil menunjukkan keberhasilannya bisa lepas dari kepentingan oligarki politik selama dua periode jadi wali kota Surabaya.

"Setidaknya itu yang dibaca oleh publik. Dan mudah mudahan kembali bisa Risma buktikan saat menjadi mensos," ujar dia.