Sukses

Ramai Isu Kudeta di Demokrat, Ini Kata Pengamat Universitas Trunojoyo Madura

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM ini juga berpendapat kegaduhan pengambilalihan paksa Partai Demokrat ini melahirkan sejumlah spekulasi.

Liputan6.com, Surabaya - Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menyatakan, isu kudeta di Partai Demokrat yang menyeret nama Moeldoko akan menjadi pertaruhan bagi mantan Panglima TNI tersebut.

"Isu ini tentu akan mengusik Presiden. Manuver diam-diam Pak Moeldoko ini mendapat respons dan opini negatif dari publik. Mengingat Presiden sangat peka terhadap opini publik, bisa saja Pak Moeldoko kehilangan kepercayaan dari Presiden,” ujar Surokim, Rabu (3/2/2021).

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM ini juga berpendapat kegaduhan pengambilalihan paksa Partai Demokrat ini melahirkan sejumlah spekulasi.

“Bisa jadi kegaduhan dan riak ini justru akan makin membuat solid Demokrat dan membangunkan kekuatan partai yang terpendam selama ini,” kata Surokim.

Selama ini Partai Demokrat dikenal sebagai partai moderat yang selalu hati-hati dan memilih menjadi kekuatan penyeimbang pemerintah saat ini, termasuk berbeda pendapat dengan pemerintah dalam sejumlah isu. Misalnya menolak RUU HIP, RUU Ciptaker serta mendukung revisi UU Pemilu agar Pilkada bisa diselenggarakan tahun 2022/2023 guna mengurangi beban pemilu serentak 2024, menghindari jatuhnya lagi ratusan korban tewas seperti saat Pilkada 2019.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Makin Solid

"Manuver ambil alih paksa ini memiliki implikasi yang panjang untuk para penggagasnya. Terkesan terburu-buru dan dipaksakan, sehingga begitu mudah diidentifikasi dan dibongkar," katanya.

Dalam pandangan Surokim, manuver seperti itu akan sulit dilakukan pada Partai Demokrat karena beda konteks dan juga ada beda kebutuhan dan frekuensi.

"Situasi ini justru akan kian membuat Demokrat solid, dan justru akan menunjukkan kualitas dan kapasitas AHY yang sesungguhnya. AHY akan kian tangguh dan kokoh,” kata Surokim.