Sukses

Rhenald Kasali Ungkap Keberhasilan Banyuwangi Kelola Pariwisata

Apa yang dilakukan Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi selama ini, ibarat menanam pohon.

Liputan6.com, Jakarta Pakar manajemen dan Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan keberhasilan Banyuwangi dalam membangun kinerja sosial ekonomi terletak pada upaya menerapkan pull strategy atau strategi menarik.

"Bukan menggunakan push strategy atau strategi mendorong," kata Rhenald Kasali dalam acara bedah buku 'Road To Prosperity: Mobilisasi dan Orkestrasi ala Banyuwangi' yang digelar secara daring, Rabu, 3 Februari 2021.

Menurut dia, pull strategy sendiri merupakan program yang menekankan pada penyelesaian masalah secara dari atas ke bawah, seperti halnya subsidi, bansos atau event-event nasional yang tidak berkesinambungan, dilansir dari Antara.

Sedangkan push strategy, lanjut dia, lebih menekankan penyelesaian permasalahan dengan melibatkan banyak pihak, dan berangkat dari bawah. Sehingga, bisa menciptakan ekosistem yang akan menarik kesejahteraannya itu sendiri.

Dua strategi tersebut, kata Rhenald, diumpamakan seperti orang yang ingin melihat binatang. Ada yang ingin melihat di kebun binatang, ada pula yang menyaksikan di alam liar.

Jika menaruh hewan di kebun binatang, maka harus menyiapkan kandang dan makanannya. Jika tak diberi makan, hewan tersebut akan mati kelaparan, itulah yang disebut pull strategy. Padahal, sejatinya hewan-hewan di kebun binatang itu memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Wujudkan Kesejahteraan

Sedangkan jika menggunakan push strategy, tidak perlu memberi makan hewan-hewan liar tersebut, cukup dengan menanam pohon, maka akan menjadi hutan yang akan dihuni oleh hewan-hewan tersebut. Di sana, segala sumber daya akan muncul dengan sendirinya. Pemandangan hewan tetap bisa dinikmati, tanpa harus repot menyiapkan kandang dan sebagainya.

"Apa yang dilakukan Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi selama ini, ibarat menanam pohon tersebut. Apa pohonnya? Pohonnya ya pariwisata. Masyarakat dipaksa bergerak di satu titik. Dari sana lantas muncul ekosistem untuk membangun kesejahteraan Banyuwangi itu sendiri," ujar founder rumah perubahan tersebut.

Dari pariwisata itu, menurut Prof Rhenald, menjadi payung untuk mewujudkan kesejahteraan. Yang mana kesejahteraan yang diinginkan di Banyuwangi itu meliputi kemudahan akses pendidikan, kemudahan mencari lapangan kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dan kondisi sosial politik yang stabil.

Rhenald mencontohkan, pengelolaan Bandara Banyuwangi, banyak daerah yang ingin menghidupkan bandaranya dengan memberi subsidi maskapai penerbangan. Namun, katanya, di Banyuwangi tidak demikian, justru mensubdi rakyat untuk membuat pertujukan kolosal yang bisa mengundang wisatawan.

"Contohnya adalah Festival Gandrung Sewu. Acara ini melibatkan rakyat banyak, dan terbukti bisa menghadirkan banyak wisatawan dari luar kota," tuturnya.

 

 

3 dari 3 halaman

Penggerak Ekonomi

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang mengikuti sesi bedah buku menyampaikan, pariwisata dipilih sebagai penggerak ekonomi karena memiliki dampak yang luas.

"Pariwisata di depan sebagai penggerak, tapi ingat, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pelayanan publik tetap menjadi sektor yang menerima anggaran terbesar," kata Azwar Anas.

Dengan pariwisata, lanjut Anas, akan menjadi ajang konsolidasi, tidak hanya ekonomi, namun juga sosial politik.

"Seringkali saya mencontohkan Saudi Arabia. Negara ini kaya dengan minyak dan orang antre untuk datang kesana melaksanakan umroh dan haji. Namun, tetap mengembangkan pariwisata. Karena tujuannya tidak hanya soal uang, tapi bagaimana melakukan konsolidasi, membangun kebanggaan, ekspresi kreativitas," katanya.

Dengan beragam konsolidasi tersebut, imbuh Anas, kesejahteraan yang diharapkan tumbuh di bisa terwujud cepat. “Meski tidak mudah, insyallah apa yang telah kita lakukan ini telah bisa kita rasakan saat ini,” pungkasnya.

Acara bedah buku itu sendiri didukung penuh oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia. Tidak hanya membedah buku dari Rhenald Kasali, namun juga membedah dua buku lain yang ditulis oleh Bupati Anas.

Dua buku yang didedikasikan sebagai catatan akhir purna baktinya sebagai Bupati Banyuwangi dua periode itu, berjudul Creative Colaborative dan Anti Mainstream Marketing.

Dalam acara bedah buku itu, dihadiri sejumlah pihak yang turut menyampaikan pandangannya dalam bedah buku tersebut. Di antaranya Kepala LAN RI Adi Suryanto, Kepala Balitbang Kemendagri Agus Fatoni, Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta Nurliah Nurdin, Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI Tri Widodo Wahyu Utomo, serta Menteri Pariwisata RI 2014-2019 Arief Yahya.