Sukses

Ekspor Jatim 2020 Terkendala Kontainer Langka, Biaya Kirim Jadi Berlipat

Hambatan kekurangan penyediaan kontainer internasional membawa konsekuensi pada biaya angkut ke kapal yang cukup tinggi.

Liputan6.com, Surabaya - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim menyebut kelangkaan kontainer yang hingga kini masih terjadi, menjadi salah satu hambatan ekspor di wilayah setempat pada 2020, akibatnya biaya pengiriman mengalami kenaikan berlipat-lipat.

"Ini juga yang menjadi salah satu penyebab ekspor Jatim di triwulan IV/2020 kemarin mengalami penurunan. Kontainer langka dan biayanya menjadi sangat mahal," kata Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Surabaya, Minggu, 7 Februari 2021.

Adik terus menyoroti kelangkaan kontainer yang hingga kini masih dirasakan para eksportir dan berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang terbaik agar kinerja ekspor bisa kembali naik, dilansir dari Antara.

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jatim Isdarmawan Asrikan mengakui hal yang sama, bahwa naiknya komoditas ekspor Jatim masih belum dibarengi terbukanya akses internasional, khususnya kekurangan kontainer ekspor.

“Ya, masalah kekurangan kontainer ekspor internasional ini juga karena COVID-19, sebab beberapa negara belum membuka akses sepenuhnya," kata Is, sapaan akrab Isdarmawan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Biaya Angkut Mahal

Ia mengatakan hambatan kekurangan penyediaan kontainer internasional membawa konsekuensi pada biaya angkut ke kapal yang cukup tinggi, sehingga ongkos pengiriman barang ekspor ke tempat tujuan menjadi lebih mahal dari sebelumnya.

"Kami tetap berharap agar tahun 2021 mulai membaik, sebab geliat ekspor di Jatim sudah menunjukkan kenaikan," katanya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif (YoY) ekspor Jatim turun 5,29 persen, yakni dari Januari-Desember 2019 sebesar 20,2 miliar dolar AS turun menjadi 19,2 miliar dolar pada periode yang sama tahun 2020.

Sedangkan kinerja perekonomian Jatim sepanjang 2020 juga tercatat mengalami kontraksi 2,39 persen, hal ini sebagai dampak pandemi COVID-19.