Liputan6.com,Tuban - Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur kini dijuluki “kampung miliarder”. Sebab, ratusan warga setempat mendadak jadi kaya raya setelah menjual tanahnya kepada PT Pertamina untuk kepentingan proyek pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) yang bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft.
Rata-rata warga desa setempat itu mendapat uang Rp 8 miliar usai menjual lahannya untuk kepentingan proyek kilang minyak. Bahkan, ada satu petani yang mengantongi uang lebih Rp 26 miliar usai jual lahannya.
Berikut rangkuman 10 fakta menarik Liputan6.com terkait kampung miliarder Sumurgeneng Tuban:
Advertisement
1. Borong Ratusan Mobil Mewah Barengan
Ekspresi kegembiraan para miliarder yang tinggal desa setempat usai terima uang dari Pertamina digunakan untuk membeli sejumlah mobil mewah dengan harga ratusan juta. Mobil baru paling banyak dipesan kelas menengah atas seperti Innova dan Fortuner.
Bahkan, aksi borong mobil itu seketika viral di media sosial (medsos) karena beberapa mobil mewah datang sambil dikawal mobil patroli pengawalan (Patwal) polisi.
Gihanto Kepala Desa Sumurgeneng menjelaskan, di desa ini tercatat ada 176 mobil baru yang dibeli warga sejak mereka menerima uang ganti rugi lahan kilang minyak hingga sampai saat ini. Dimana, satu warga ada yang membeli 2 sampai 3 mobil dengan menggunakan uang tersebut.
“Ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga, itu belum yang mobil bekas. Warga membeli dengan menggunakan uang dari pembebasan lahan proyek kilang. Satu orang ada yang beli dua sampai tiga mobil,” jelas Kades Sumurgeneng, Tuban, Senin, (15/2/2021).
2. Beli Mobil Dulu Baru Belajar Menyetir
Pada umumnya masyarakat beli mobil setelah mereka bisa mengemudi setir bundarnya. Namun hal itu tidak berlaku bagi masyarakat yang tinggal di kampung miliarder.
Sebagian warga desa setempat memilih beli mobil mewah dulu dari uang menjual lahannya untuk kepentingan kilang minyak. Setelah itu, dia baru belajar mengemudi. Hal itu diungkapkan Matrawi (55) salah satu miliarder desa setempat.
"Saya beli mobil dulu baru belajar, sekarang sudah bisa sedikit-sedikit. Tapi belum berani jalan ke kota, di desa dulu," ungkapnya.
Ia menerima uang Rp 3 miliar dari penjualan setengah hektare tanah miliknya. Uang tersebut dia gunakan untuk membeli satu Toyota Rush, satu mobil pikap, dan sisanya di tabung.
Hal serupa juga dialami oleh tetangganya, Wantono (40), yang belum tahu apa pun soal menyetir mobil. Tetapi ia nekat membeli mobil Mitsubishi Expander usai terima Rp 24 miliar dari penjualan tanahnya seluas 4,2 hektar.
“Baru pertama ini saya punya mobil, setelah beli saya belajar mengemudi. Sekarang sudah bisa,” ungkap Wantono.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tetap Bertani
3. Warga Setia Bertani Meskipun Sudah Jadi Miliarder
Kesetiaan warga Sumurgeneng dalam bertani masih melekat sampai saat ini meskipun mereka kini menjadi miliarder setelah menerima uang dari Pertamina. Terbukti, para miliarder itu masih menyisihkan uang untuk membeli lahan kembali yang digunakan untuk bertani.
“Mereka yang terima uang dari menjual lahannya untuk kilang masih bertani, dan warga juga kembali membeli lahan meskipun tidak di desa sini,” kata Gihanto Kades Sumurgeneng.
4. Beli Tanah Rp 20 Juta Laku 4,5 Miliar
Bagikan mendapatkan durian runtuh (memperoleh rezeki yang tak disangka, red). Begitu yang disarankan oleh keluarga Priyanto (30) setelah lahannya di pakai untuk proyek kilang minyak.
Keluarganya mendapat Rp 4,5 miliar setelah tanahnya di jual. Padahal dulu ia membeli sebidang tanah itu seharga Rp 20 juta di tahun 2004 silam.
“Senang, tanah saya dapat sekitar Rp 4,5 miliar, dulu seingat saya beli Rp 20 juta,” ungkapnya.
5. Harga Lahan Tertinggi di Kampung Miliarder Sebesar Rp 28 Miliar
Desa Sumurgeneng ini ada sekitar 280 warga atau pemilik lahan yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak. Semua warga telah setuju lahannya di jual untuk pembangunan proyek nasional tersebut.
“Semua warga Sumurgeneng telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan kilang minyak,” jelas Gihanto Kades Sumurgeneng yang juga habis beli mobil baru Avanza warna putih.
Harga ganti rugi lahan milik warga dibanderol dengan rata-rata berkisar Rp 600.000 - Rp 800.000 per meter persegi. Penentuan nilai harga lahan milik warga itu telah diputuskan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) setalah melakukan penghitungan harga melalui appraisal.
“Paling banyak sekitar Rp 28 miliar, itu orang Surabaya yang sudah lama memiliki lahan disini,” jelas Kades Sumurgeneng.
6. 90 Persen Warga Kampung Miliarder Beli Mobil
Kades Sumurgeneng Gihanto menerangkan 90 persen warga yang mendapatkan uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak digunakan untuk membeli mobil. Kemudian, sekitar 75 persen warga yang menerima uang itu dibelikan tanah lagi dan 50 persen warga digunakan untuk renovasi rumahnya.
“Kalau untuk usaha sangat kecil atau minim. Rata-rata mereka ingin menikmati dulu,” jelasnya.
Hal sama disampaikan Mulyadi salah satu warga mengaku bahwa teman-teman telah mengambil atau menerima uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak. Dimana, sebagian uang tersebut digunakan untuk membeli mobil baru maupun bekas.
“Ya, banyak yang beli mobil,” ungkap Mulyadi salah satu Warga Desa Sumurgeneng.
Advertisement
Dicoret dari Penerima Bansos
7. Warga Kampung Miliarder Pilih Simpan Duit di BNI
Kegembiraan wajah para miliarder di Desa Sumurgeneng diwujudkan dengan membeli sejumlah mobil mewah, tanah, dan perbaikan rumah. Tak hanya itu, sisa uangnya di deposito atau di simpat dalam rekening PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).
“Tidak semuanya di BNI, sebagian lagi di beberapa Bank Himbara lainnya, namun memang BNI cukup dominan,” ungkap Eri Prihartono, Pemimpin BNI Cabang Tuban, Jumat, (19/2/2021).
8. 27 Orang Dicoret Penerima Bansos Warga Miskin
Sebanyak 27 orang di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur dicoret sebagai warga miskin. Pasalnya, mereka telah menjadi miliarder usai menjual tanahnya kepada PT Pertamina.
Bahkan, saat ini 27 warga itu telah memiliki rumah mewah dan mobil baru seharga ratusan juta.
“Ada 27 keluarga penerimaan manfaat (KPM) yang dikeluarkan dari penerimaan bantuan pangan non tunai (BPNT) karena sudah menerima uang pembebasan lahan untuk kilang minyak,” kata Imron pendamping Bantuan Sosial Pangan (BSP) atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Jenu, Kabupaten Tuban, Kamis, (18/2/2021).
Di Desa Sumurgeneng ini ada 288 KPM dari BPNT. Setelah tim melakukan verifikasi dan turun ke lapangan ditemukan 27 KPM yang dianggap sudah mampu usai mendapatkan uang ganti rugi lahan. Selanjutnya, meraka dicoret sebagai penerima bantuan BPNT melalui aplikasi Sistem Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-NG)
9. Warga Sumurgeneng Sempat Menolak Proyek Kilang Minyak
Sejumlah warga Sumurgeneng sebelumnya menolak terkait lahannya di beli untuk proyek kilang minyak. Mereka menolak dengan berdalih lahan tersebut subur untuk pertanian.
Bahkan, penolakan itu diwujudkan dengan aksi demo turun jalan hingga menemui Bupati Tuban dan wakil rakyat. Akhirnya, warga sepakat atau merelakan lahannya di gunakan untuk proyek nasional tersebut.
“Semua warga menerima, termasuk warga juga telah mengambil uang ganti rugi lahan melalui proses konsinyasi di Pengadilan Negeri Tuban,” ungkap Kades Sumurgeneng.
10. 3 Desa Kena Pembebasan Lahan Proyek Kilang Minyak
Proyek pembangunan kilang minyak yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun (asumsi kurs Rp 14.084, red). Proyek ini menempati area seluas kurang lebih 900 hektar.
Dari luas lahan tersebut, jumlah lahan warga terdampak untuk proyek kilang minyak ini ada 529 bidang berada di tiga desa di Kecamatan Jenu, Tuban. Tiga Desa itu adalah Wadung, Kaliuntu, dan Sumurgeneng.
Lalu Kilang Tuban ini juga merupakan salah satu kilang tercanggih di dunia yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.