Liputan6.com, Surabaya - Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono menegaskan, Ngawi menolak rencana pemerintah impor beras. Menurutnya, Ngawi merupakan 10 besar penghasil padi terbesar nasional.
"Dengan luasan 40 ribu hektare bisa memproduksi 780 ribu ton. Dengan angka itu memposisikan Ngawi dari urutan empat menjadi urutan dua se-Jawa Timur," jelas Ony Anwar Harsono, Selasa (23/03/2021) seperti dikutip dari TimesIndonesia.
Baca Juga
Ony mengungkapkan hampir 70 persen warga Ngawi adalah petani. Untuk mewujudkan ketahanan pangan dan mempertahankan lumbung padi, semua stakeholder intens dalam pembinaan kelompok tani.
Advertisement
"Stakeholder dan pelaku pertanian perlu bersama-sama mewujudkan dan mempertahankan Ngawi sebagai lumbung padi," tegas Ony.
Potensi pertanian di Ngawi, lanjut Bupati Ngawi, menjadi cambuk semangat petani untuk meningkatkan produksi padi. Sehingga pemerintah tidak perlu lagi impor beras untuk kebutuhan dalam negeri.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Khofifah Juga Menolak
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan daerahnya tidak perlu beras impor. Dia memastikan stok beras Jatim cukup dan aman hingga akhir Mei 2021. Bahkan saat ini, kondisi beras Jawa Timur sedang surplus.
"Kita bisa mencukupi kebutuhan pangan dan mampu menjaga kestabilan harga gabah di tingkat petani," kata Khofifah, Senin (22/3/2021).
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, stok beras di Jawa Timur akan surplus hingga akhir Mei 2021.
Surplus beras di Jatim ini akan terjadi karena sampai semester satu luas panen Jawa Timur dihitung asumsi sampai dengan April sebesar 974.189 hektar dengan asumsi produksi beras 3.053.994 ton.
"Jadi berdasarkan prediksi dan hitungan kami, di Jatim akan ada surplus 902.401 ton. Dengan jumlah itu, maka Jatim tidak perlu ada suplai beras impor. Stok beras kita sangat melimpah. Bahkan saat ini tim satgas pangan sedang keliling untuk menyerap padi dan beras produksi panen saat ini ," ujarnya.
Advertisement