Liputan6.com, Surabaya - Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Surabaya, Amien Widodo angkat bicara terkait gempa yang mengguncang Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021).
Menurutnya, penyebab gempa tersebut karena adanya aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa.
“Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa,” ujarnya, Minggu (11/4/2021)
Advertisement
Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini menjelaskan, kejadian ini adalah hal yang lumrah terjadi mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, gempa yang tidak berpotensi tsunami ini terasa hingga di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang dan berpusat di Laut Banda yang berada di lepas pantai dengan kedalaman 25 kilometer.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Banyuwangi hingga Banten
“Titik gempa ini memang sudah lumrah menjadi penyebab terjadinya gempa di daerah sekitarnya,” ungkap Amien Widodo.
Amien mengatakan bahwa tumbukan dua lempeng tersebut terus mengalami pergesaran yang kecepatannya mencapai 7 sentimeter per tahun. Pergeseran akan terus terjadi hingga ada bagian tumbukan yang pecah dan menimbulkan gempa.
“Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi,” ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada ini.
Advertisement