Liputan6.com, Surabaya - Ribuan rumah di sejumlah desa di Kabupaten Lumajang, turut jadi korban gempa magnitudo 6,1 yang berpusat di Kabupaten Malang pada Sabtu 10 April 2021.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memaparkan penyebab kerusakan karena hampir semua bangunan yang rusak, bahkan roboh karena faktor konstruksi bangunannya, yaitu struktur bangunan rumah warga itu tidak diperkuat dengan kolom.
Baca Juga
Faktor kedua yakni posisinya ada di atas gunung atau di tepi lereng gunung atau disebut perengan, sehingga rumah yang berada di posisi tersebut akan mengalami penguatan getaran dari tanah yang ada.
Advertisement
"Amplifikasi yang kami catat di lokasi beberapa desa di Lumajang yang rumah warganya banyak rusak itu mencapai 6 kali dari getaran yang normal, " tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, BMKG mengingatkan Pemkab Lumajang apabila rekonstruksi atau membangun rumah warga korban gempa di lokasi yang sama harus memperhatikan konstruksi bangunannya harus benar-benar mampu bertahan terhadap amplifikasi lebih dari 6 kali lipat getaran gempa.
"Jadi rekonstruksinya itu tidak boleh sembarangan dan bangunannya harus didesain mampu bertahan terhadap enam kali amplifikasi getaran," katanya.
Selain itu, Pemkab Lumajang juga harus memperhatikan letak rumah yang akan dibangun dan harus diperhatikan pembangunan rumah itu jangan pada tepi lereng. Kalau memang terpaksa lokasinya di sana, maka konsekuensinya kontruksinya harus diperkuat.
Dwikorita mengatakan, BMKG sudah menyampaikan beberapa rekomendasi kepada Pemkab Lumajang pascagempa yakni bahwa daerah selatan di Jawa Timur merupakan daerah rawan gempa, sehingga konstruksi bangunan rumah warga harus dicek sesuai kegempaan di wilayahnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Edukasi Masyarakat
"Selain itu posisi membangun rumah juga harus diperhatikan kondisi tanah setempat apakah memgalami amplifikasi atau tidak. Kami juga melakukan pemetaan itu," katanya.
Tidak kalah penting, lanjut dia, harus ada edukasi atau literasi kepada masyarakat, agar lebih siap menghadapi potensi terjadinya gempa bumi ataupun bencana lainnya, sehingga harus dilakukan pelatihan lebih sering.
Sementara Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan hingga Kamis tercatat data yang telah terhimpun sebanyak 2.174 rumah rusak akibat bencana gempa dengan rincian 558 rumah rusak berat, 658 rumah rusak sedang, dan 958 rumah rusak ringan.
"Forkopimda Kabupaten Lumajang sinergitasnya sangat solid dalam penanganan pada warga yang terdampak bencana gempa bumi," katanya.
Advertisement