Sukses

8 Wisata Sejarah di Sumenep Madura, Punya Bangunan Unik

Wisata sejarah di Sumenep menjadi bukti kejayaan wilayah Sumenep.

Liputan6.com, Jakarta Sumenep merupakan kabupaten yang berada paling Timur Pulau Madura. Kabupaten Sumenep terkenal dengan pulau-pulau kecilnya yang indah termasuk Gili Iyang yang mendapat julukan pulau oksigen. Namun, ternyata selain keindahan alamnya, Sumenep juga menyimpan destinasi sejarah yang menarik ditelusuri.

Di Sumenep ada sebuah keraton yang terkenal akan arsitekturnya yang unik. Selain itu, ada sejumlah bangunan bersejarah yang saat ini menjadi destinasi wisata sejarah. Bangunan-bangunan ini juga punya arsitektur unik yang tak akan ditemukan di daerah lain.

Wisata sejarah di Sumenep menjadi bukti kejayaan wilayah Sumenep di masa lampau. Berikut 8 wisata sejarah di Sumenep, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu(28/4/2021).

2 dari 9 halaman

Keraton Sumenep

Keraton Sumenep adalah tempat kediaman resmi para Adipati/Raja-Raja yang memerintah Sumenep. Keraton ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya tahun 1781. Keunikan dari keraton ini adalah arsitekturnya yang bercorak Tionghoa. Keraton Sumenep memang dirancang oleh arsitek warga keturunan Tionghoa, Lauw Piango. Bangunan Kompleks Karaton sendiri terdiri dari banyak massa, tidak dibangun secara bersamaan namun di bangun dan diperluas secara bertahap oleh para keturunannya.

Kini wisatawan bisa menilik sejarah Keraton Sumenep di museum Keraton Sumenep yang berada di Jl. Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Pajagalan,, Kabupaten Sumenep. Di museum ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah Keraton Sumenep mulai dari bangunan, alat upacara adat, perhiasan, prasasti, koleksi senjata, hingga peralatan pribadi anggota kerajaan.

3 dari 9 halaman

Kota Tua Kalianget

Kota Tua Kalianget dulunya merupakan kota yang dibangun oleh VOC dan diteruskan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kota Tua Kalianget merupakan salah satu kota modern pertama di Pulau Madura. Bangunan-bangunan berarsitektur Eropa membentang di kawasan ini.

Kini lahan Kota Tua Kalianget menjadi hak milik PT Garam (Persero). Sejak tahun 2009, PT Garam bersama dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep menjalin komunikasi mengenai kemungkinan menjadikan Kota Tua Kalianget sebagai kawasan wisata sejarah.

Sampai saat ini beberapa bagian bangunan Pabrik Garam Briket Modern itu masih tersisa, mulai dari gedung pembangkit listrik, pintu gerbang, jam tua, hingga cerobong asap pabrik. Di kawasan Kota Tua Kalianget, juga bisa dijumpai berderet-deret bangunan berarsitektur Eropa yang masih tampak megah.

4 dari 9 halaman

Benteng Kalimo'ok

Benteng Kalimo'ok merupakan satu-satunya bangunan benteng yang ada di Pulau Madura. Posisi benteng ini berada jauh dari Pelabuhan Kalianget dan juga pusat kota. Tak banyak yang bisa digali dari sejarah benteng ini. Namun di masanya, bangunan ini terbilang megah, dan merupakan pusat pertahanan utama sekaligus terakhir VOC.

Benteng ini mempunyai area persegi dengan empat bastion dengan lebar 5 meter. Benteng Kalimo’ok Sumenep dibangun dari bata dengan dua pintu masuk, masing-masing ada di sisi utara dan sisi selatan. Di luar benteng ada kompleks pemakaman orang-orang yang diidentifikasi sebagai keturunan Belanda.

5 dari 9 halaman

Masjid Agung Sumenep

Masjid Agung Sumenep atau juga disebut sebagai Masjid Jami Sumenep, merupakan masjid kebanggan warga Sumenep. Masjid Panembahan Somala atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara. Masjid ini dibangun pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI.

Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Keraton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga keraton dan masyarakat. Arsitektur bangunan masjid sendiri, secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.

Masjid ini juga dilengkapi minaret yang desain arsitekturnya terpengaruh kebudayaan Portugis, minaretnya mempunyai tinggi 50 meter terdapat di sebelah barat masjid.

6 dari 9 halaman

Gua Jeruk

Gua Jeruk berada di desa Kebunagung, Kabupaten Sumenep. Gua ini dulunya merupakan tempat meditasi yang digunakan oleh Sultan Abdurrahman Pakunata ningrat, adipati Sumenep pada tahun 1811 - 1854 M. Banyak orang datang mengunjungi gua jeruk, terutama di musim liburan seperti Idul Fitri dan 7 hari setelahnya.

Gua ini masih dirawat untuk menghormati dan mengenang Sultan Abdurrahman, juga untuk salah satu tonggak sejarah Sumenep. Gua jeruk ramai dikunjungi oleh masyarakat, bukan saja berasal dari dalam kota melainkan luar kota juga bahkan lintas provinsi.

7 dari 9 halaman

Gua Payudan

Gua Payudan merupakan sebuah gua yang berada di dataran tinggi pegunungan Payudan. Gua ini merupakan daerah tertinggi yang ada di Sumenep. Gua Payudan mempunyai arti penting mengingat gua ini memiliki keterkaitan dengan sejarah raja-raja Sumenep abad 14 samapi 17. Gua ini dulunya merupakan tempat pertapaan raja dan ratu Sumenep seperti Putri Koneng, Pangeran Jokotole, Pangeran Jimat, dan Ki Lesap.

Karena berda di dataran tinggi, gua ini memiliki suasana sejuk dan asri. Tak hanya wisata ziarah, Gua Payudan juga dikunjungi sebagai wisata alam pegunungan. Fasilitas yang disediakan di Gua Payudan juga cukup lengkap seperti toilet, musala, warung makan, dan gazebo untuk bersantai.

8 dari 9 halaman

Asta Tinggi Sumenep

Asta Tinggi Sumenep merupakan pemakaman para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang teletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Asta Tinggi memiliki 7 kawasan yang terdiri dari asta induk, Makam Ki Sawunggaling, Makam Patih Mangun, Makam Kanjeng Kai, makam Raden Adipati Pringgoloyo, Makam Raden Tjakra Sudibyo, dan Makam Raden Wongsokoesomo.

Arsitektur Makam dalam kompleks ini sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan yang berkembang pada masa Hindu. Hal tersebut dapat dilihat dari penataan kompleks makam dan beberapa batu nisan yang cenderung berkembang pada masa awal islam berkembang di tanah Jawa dan Madura. Selain itu pengaruh-pengaruh dari kebudayaan Tiongkok terdapat pada beberapa ukiran yang berada pada kubah makam.

9 dari 9 halaman

Asta Gumok

Asta Gumok berada d seberang Lapangan Terbang Trunojoyo Sumenep. Asta Gumuk dan seringkali disebut Asta Barambang atau Asta Berembeng terletak di dusun Berembeng desa Kalimo'ok.

Asta Gumok merupakan makam seorang Kiai bernama Ali Barangbang yang dikenal sebagai ulama istimewa. Kiai Ali Barangbang merupakan guru ngaji para putra raja Sumenep. Konon, Kiai Ali Barangbang memiliki kemampuan mengajari ngaji seekor monyet.

Video Terkini