Sukses

Apa Kabar Dunia Pertatoan Surabaya saat Pandemi Covid-19?

Abed mengaku jika geliat tato di Surabaya relatif masih ramai pengunjungnya dibandingkan dengan Denpasar, Bali.

Liputan6.com, Surabaya - Aktifitas pencinta tato di Surabaya saat masa pandemi Covid-19 tidak banyak berubah. Seni melukis kulit dengan jarum halus ini nampaknya juga mengikuti perkembangan dengan standar Protokol Kesehatan (Prokes).

"Saya hampir kurang dua tahun selama pandemi Covid-19 sudah menato dua kali bagian tubuh saya di dada dan di paha," ujar Abed (31) warga Surabaya, Minggu (2/5/2021).

Abed mengungkapkan, kondisi pertatoan di Surabaya tidak berdampak secara signifikan di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut dikarenakan tato artis atau tukang tato berkerja berdasarkan jasa, sedangkan pencinta tato melakukan kesenangan atau hobi tubuhnya dilukis.

"Kalau harga tato saya tidak bisa ngomong, karena tato merupakan seni yang tidak bisa diukur dengan rupiah," ucapnya.

Abed mengaku jika geliat tato di Surabaya relatif masih ramai pengunjungnya dibandingkan dengan Denpasar, Bali. Namun jika disetarakan dengan Jakarta maka pertatoan di Ibu Kota tersebut lebih ramai.

"Pada saat dua kali tato, saya tetap menerapkan prokes, minimal tempatnya bersih dan steril. Jadi saya tidak datang ke studio tato tapi ditato di dalam hotel dan ditemani anak dan istri saya," ujarnya.

Sementara itu, Nana (44) wanita asal Surabaya yang saat ini berdomisili di Bali mengaku bahwa suaminya, Ricky (43) yang sehari-hari berprofesi sebagai tato artis harus hijrah dari Pulau Dewata menuju ke Jakarta.

Nana menyampaikan, selama Covid-19 dunia pariwisata di Bali tidak berjalan dengan baik dan salah satunya adalah bisnis tato. Sudah jarang ditemui pencinta tato yang berasal dari luar negeri tapi masih ada pelanggan dari dalam negeri walaupun tidak seramai wisatawan dari mancanegara.

"Salah satu faktornya adalah masih di tutupnya bandara serta pembatasan  wisatawan mancanegara datang ke Bali, sehingga bisnis disegala bidang menjadi sepi," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Menganti, Gresik.

Nana mengatakan, akibat lesunya perekonomian di Bali dan demi menjaga stabilitas ekonomi dalam keluarga, sang suami dengan rela dan berat hati meninggalkannya dan anak-anaknya untuk sementara waktu hijrah menuju Jakarta.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Jakarta Lebih Baik

Nana juga menceritakan, sudah dua bulan ini, suaminya bersama teman-temannya menyewa satu unit apartemen untuk dijadikan sebuah studio tato bernama Two Guns di Jakarta.

"Geliat tato di Jakarta lumayan baik dari pada di Bali dan Surabaya. Alhamdulillah, minimal dalam satu minggu, suami saya dapat pelanggan tato di Jakarta," ucapnya.

Nana berharap supaya pandemi Covid-19 ini bisa segera sirna dari Bumi Indonesia bahkan seluruh dunia, supaya kehidupan perekonomian dunia khususnya di Bali bisa normal kembali.

"Kalau sudah normal dari Covid-19, suami saya pasti kembali lagi ke Bali. Dan suami saya bakal bisa berkumpul lagi dengan saya, keluarga, dan terutama dengan anak-anak," ujar Nana.Â