Liputan6.com, Surabaya - Tim INO-G dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menggagas kamera cerdas berbasis Internet of Things (Iot). Kamera ini diklaim mampu mendeteksi kerumunan dan pelanggaran Protokol Kesehatan (Prokes).
Tim ini terdiri dari Singgih Ardiansyah (Departemen Teknik Komputer), Raul Ilma Rajasa (Departemen Teknik Informatika), Arum Puspa Arianto (Teknik Elektro Otomasi), dan Ilham Wahyu Eko Prasetyo (Teknik Elektro) ini sukses membuat model kamera yang dihubungkan dengan speaker.
"Kamera ini dinamakan Include atau Intelligent Camera System for Physical Distancing, yang bisa mendeteksi jarak antar orang sekaligus penggunaan masker," ujar Ketua tim INO-G ITS, Singgih Ardiansyah, ditulis Minggu (14/6/2021).
Advertisement
Singgih menjelaskan, kamera Include diintegrasikan dengan pengeras suara dalam suatu boks yang disebut boks Include. Boks Include ini dihubungkan dalam sebuah server sehingga bisa memproses data untuk mengetahui adanya indikasi pelanggaran.
“Kami memanfaatkan library dari phyton untuk menganalisis adanya pelanggaran,” ucapnya.
Cara kerjanya gampang, lanjut Singgih, ketika kamera Include mendeteksi manusia, maka akan diproses oleh server. Selanjutnya server mengembalikan data berupa ada tidaknya pelanggaran prokes yang terjadi.
Di saat kamera mendeteksi terdapat dua atau lebih orang berdekatan dalam jarak kurang dari satu meter, maka pengeras suara akan bekerja. Hal yang sama juga bekerja bagi pelanggaran penggunaan masker.
“Pengeras suara dari boks akan mengingatkan pelanggar untuk mematuhi prokes,” ujarnya.
Adapun tim INO-G menciptakan aplikasi tambahan yang terhubung dengan boks Include bernama Include app untuk membantu kinerja boks Include. Include app ini hanya bisa dijangkau oleh petugas yang berada di lapangan.
Nantinya, ketika pelanggaran prokes berlangsung selama lebih dari satu menit, sistem akan mengabari petugas melalui notifikasi pada Include app agar penindaklanjutan pelanggaran bisa dilakukan. “Petugas akan secara langsung mengingatkan pelanggar,” ungkapnya.
Adanya koordinasi antara boks Include dengan petugas yang memantau aplikasi meyakinkan pemuda kelahiran Purbalingga ini akan keefektifannya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Patuhi Prokes
Dirinya percaya bahwa 99 persen orang akan mematuhi prokes setelah diberi peringatan, baik melalui pengeras suara dari boks Include maupun petugas secara langsung.
“Ini juga memudahkan pekerjaan petugas atau pengawas, serta lebih efisien dan efektif,” cetusnya.
Guna menguji keefektifan itu, Singgih bersama timnya telah melakukan uji lapangan di salah satu minimarket di Purbalingga. Ternyata itu berhasil.
“Kami yakin jika implementasinya benar, terutama di daerah-daerah antrean di minimarket yang rawan pelanggaran, itu akan sangat membantu,” tandasnya.
Singgih berharap bahwa Include gagasan timnya ini bisa diimplementasikan di Indonesia secara menyeluruh. Setidaknya melalui tempat antrean minimarket-minimarket yang ada di Indonesia.
“Dengan begitu, Include bisa menjadi solusi akan setiap pelanggaran prokes yang ada, khususnya physical distancing dan penggunaan masker,” ujarnya.
Advertisement