Sukses

DPRD Evaluasi Strategi Pemkot dalam Penanganan Covid-19 Kota Malang

Legislatif ingin mengetahui penyebab serapan rendah anggaran penanganan Covid-19 di Kota Malang

Liputan6.com, Malang - DPRD Kota Malang menggelar serangkaian hearing atau dengar pendapat dengan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD). Salah satu fokusnya adalah evaluasi penanganan Covid-19 di Malang kota.

Evaluasi penanganan Covid-19 di Malang itu terutama yang sudah dikerjakan pada tahun lalu. Soal soal pelayanan kesehatan, kebijakan dampak pandemi seperti jaring pengaman sosial sampai ekonomi bakal diteliti.

Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Wanedi mengatakan, dalam dengar bakal dilakukan pada Senin 21 Juni – Rabu 23 Juni. Dewan ingin mempertajam seluruh strategi penanganan yang dikerjakan sejumlah OPD pada tahun lalu.

“Kami ingin tahu kenapa serapan anggaran tahun lalu sangat rendah, agar penanganan Covid-19 tahun ini dapat lebih maksimal,” ujar Wanedi, Minggu, 20 Juni 2021.

Tahun lalu Pemkot Malang mengalokasikan belanja tidak terduga (BTT) penanganan Covid-19 sebesar Rp 200 miliar tapi terpakai Rp 54 miliar. Diperuntukkan bagi sektor kesehatan, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai jaring pengaman sosial.

Dana itu dipakai di berbagai dinas, mulai Dinas Kesehatan, Dinas Sosial sampai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sedangkan BTT tahun ini dialokasikan sebesar Rp 56,4 miliar dan sudah terpakai Rp 19 miliar.

“Evaluasi untuk apa detil penanganan Covid-19 itu, agar program tahun ini bisa lebih baik lagi,” ujar Wanedi.

Ia meminta pemkot dapat lebih transparan dalam penggunaan dana maupun strategi penanganan Covid-19 di Malang. Sebab selama ini peran legislatif tak maksimal karena adanya regulasi yang mengurangi peran dewan.

“Kalau soal nyawa manusia itu kan pasti semua ingin kerja cepat. Tapi harus tetap akuntabel,” ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kesiapan Pemkot

Wali Kota Malang, Sutiaji beberapa hari lalu menegaskan pemkot pada tahun ini sudah sangat siap dalam menangani pandemi karena sudah belajar dari tahun lalu.

“Kami ini sekarang sudah berpengalaman, apalagi saya sendiri kan pernah terinfeksi. Jadi kali ini lebih siap,” ujar Sutiaji.

Soal fatality rate atau angka kematian pasien Covid-19 di Kota Malang yang masih mencapai 9 persen, Sutiaji menyebut itu disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, pasien terlambat memeriksakan diri ke rumah sakit.

“Ada kekhawatira masuk ke rumah sakit nanti malah terinfeksi. Soal literasi ini memang masih jadi pekerjaan besar,” ujarnya.

Sementara itu berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Malang, sampai dengan 20 Juni 2021 total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ada sebanyak 6.896 kasus. Dari jumlah kasus itu, 651 pasien meninggal dunia, 6.160 pasien telah sembuh dan 85 pasien masih dirawat.

Lalu kasus suspek Covid-19 ada sebanyak 7.284 pasien dengan 133 orang masih diisolasi di rumah sakit, 43 orang isolasi mandiri di rumah, 119 orang meninggal dunia dan 6.989 kasus dinyatakan discarded.