Sukses

Praktisi Pendidikan Jatim Buka Suara soal Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Menurutnya, beberapa alasan yang menyebabkan PTM harus segera dijalankan. Diantaranya adalah efektivitas pembelajaran, mendorong siswa agar fokus belajar.

Liputan6.com, Surabaya - Praktisi pendidikan yang juga dosen STAISAM Pungging Mojokerto Akhmad Luthfy Ramadhani buka suara terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di luar wilayah berstatus zona merah risiko covid-19.

Menurutnya, beberapa alasan yang menyebabkan PTM harus segera dijalankan. Diantaranya adalah efektivitas pembelajaran, mendorong siswa agar fokus belajar, membantu siswa mengejar ketinggalan, mengurangi ancaman putus sekolah, menekan angka kekerasan pada anak, dan mengurangi tekanan psikososial.

“Harus diakui secara jujur bagi kita semua yang merupakan orang tua, bahwa minimnya interaksi sosial dengan guru, teman serta lingkungan dan di sisi lain terdapat tekanan pembelajaran jarak jauh, sangat berpotensi menyebabkan anak stres," ujarnya, Kamis (24/6/2021).

"Akhirnya banyak anak yang cuek dengan tugasnya karena jenuh dan tidak paham materi pembelajan. Selain itu, tidak sedikit anak-anak yang memilih bekerja karena lebih menyenangkan dan dapat uang, dari pada memegang pensil. Diantaranya sebagai ojek payung, pengamen, berjualan, dan banyak lagi," ucap Luthfy.

Hal senada juga diungkapkan praktisi pendidikan, Lia Istifhama, yang menjelaskan bahwa sekolah tatap muka dibutuhkan untuk penguatan aspek kognitif dan character building anak didik, terutama tingkat PAUD, TK, SD, dan SMP.

“Konsep PTM terbatas Kemendikbud sudah sangat bijak, karena memperhatikan kondisi Covid-19 di wilayah tertentu. Jadi ini bisa direlevansikan dengan otonomi daerah. Dimana dalam hal ini, tidak semua daerah positivity rate-nya sama," ujar Lia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

PTM Penting

Bahkan kalau bicara detail, lanjut Lia, PPKM Mikro yang berlaku sejak Februari 2021 di beberapa wilayah, tentunya bisa menemukan data yang detail dan komprehensif.

"RT dan RW mana yang mengalami lonjakan, mana yang menurun hingga menjadi zona hijau, dan sebagainya. Jadi memang setiap wilayah tidak bisa disamaratakan. Jangan digeneralisasikan," ucapnya.

Perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini juga ingin publik menelaah secara holistik maksud baik dari pemerintah. Opsi Kemendikbud terkait PTM terbatas tidak patut dipersalahkan dan diserang oleh pihak tertentu tanpa tawaran solusi yang bijak, detail, dan komperehensi.

“Mari kita kaji ilmiah mengapa sekolah tatap muka penting. Sama halnya mengapa masker penting kita gunakan saat ini," ujar perempuan peraih penghargaan tokoh millenial peduli Covid-19 versi ARCI 2020 ini.