Liputan6.com, Malang - Menghitung benih ikan bandeng atau nener secara manual jadi salah satu kerumitan tersendiri di kalangan pembudidaya ikan air tawar itu. Beruntungnya, sudah ada beberapa pengembangan teknologi untuk memudahkannya.
Salah satunya adalah karya lima mahasiswa Universitas Brawijaya atau Unibraw Malang ini. Mereka membuat alat penghitung benih ikan bandeng atau nener mengadaptasi artificial intelegence. Alat tersebut Sensor Optik Penghitung Nener (SOHIN).
Advertisement
Baca Juga
Alat penghitung benih bandeng portable ini memanfaatkan sensor optik, motion dan segmentation. Menghitung nener pun dapat dilakukan dengan lebih efetif dan efisien. Memanfaatkan SOHIN tidak perlu lagi melibatkan terlampau banyak sumberdaya manusia.
“Dapat mempersingkat waktu, bisa lebih teliti dan tepat dalam menghitung benih ikan,” kata Muhammad Lutfi Ardiansyah, seorang mahasiswa anggota tim SOHIN itu, Rabu, 14 Juli 2021.
SOHIN berupa bak penampung yang dibagi menjadi tiga jalur. Cara kerjanya, benih ikan dan air dimasukkan ke dalam jalur pertama. Nener melewati jalur inlet sampai ke jalur yang sudah terpasang kamera.
Ketika itulah sensor optik menangkap nener yang melewatinya sebagai data visual. Lalu melalui proses algoritma pemrograman, diubah menjadi data numerik. Lalu kumpulan data itu kemudian muncul pada pada media tampil atau LCD.
Berikutnya, dihitung dan akan disimpan datanya dan secara otomatis program akan menghentikan proses dan alat akan tertutup bila secara otomatis bila sudah selesai. Dengan begitu, penghitungan benih ikan bandeng dapat berlangsung lebih efektif.
“Alat ini sangat bermanfaat bila digunakan oleh para pembudidaya benih ikan,” ujar Lutfi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Raih Medali Emas
SOHIN merupakan karya lima mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya Malang. Kelima mahasiwa itu adalah Muhammad Lutfi Ardiansyah, Randy Cassandra Risnandar, Yasmin Azizah, Adynsyah Nanda Putra dan Akmal Adnan Attamami.
Inovasi itu diikutsertakan dalam ajang International Invention Competition For Young Moslem Scientists (IICYMS) 2021. Sebuah kompetisi internasional yang diikuti 201 tim dari 17 negara seperti dari Italia, Mesir, Indonesia, Malaysia, Turki, Jerman, Palestina, Qatar dan India.
Dalam ajang itu, karya lima mahasiswa itu berhasil meraih Gold Medal & Special Award Malaysia Innovation Invention and Creativity. Inovai teknologi itu sendiri telah mereka siapkan sejak 2019 silam.
Advertisement