Liputan6.com, Surabaya- Tak banyak yang tahu bahwa di Surabaya pernah berdiri sebuah kerajaan. Memang asing, bahkan tak ada dalam buku pelajaran sejarah mengenai keberadaan Keraton Surabaya ini. Meski begitu keberadaan keraton ini ditandai dengan beberapa kampung yang masih berkaitan dengan adanya Adipati Keraton Surabaya.
Dikutip dari berbagai sumber, keberadaan Keraton Surabaya tak lepas dari pertempuran Raden Wijaya yang menang melawan pasukan Mongol. Sejak 1293, Hujung Galuh kemudian berganti nama menjadi Curabhaya.
Letaknya yang strategis dan kemasyhuran Kerajaan Curabhaya ini rupanya sampai ke telinga Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Namun penyerbuan yang dilakukan sejak 1620 hingga 1624 selalu gagal. Tak habis akal, Sultang Agung kemudian menyerang Sukadana (Kalimantan Selatan) dan Madura.
Advertisement
Baca Juga
Akhirnya pada 1625 di bawah kepemimpinan Pangeran Pekik Kerajaan Surabaya akhirnya menyerah dan menjadi milik Mataram. Sisa-sisa kejayaan Keraton Surabaya semakin tak tampak setelah Belanda memasuki Surabaya pada 1755.
Keraton Surabaya pun dibabat habis oleh Belanda. Meskipun tidak ada bukti sejarah yang berbentuk sebuah monumen, berbagai literatur sejarawan Surabaya dan Belanda memperkirakan jika Keraton Surabaya dahulunya meliputi kawasan Kebonrojo sebagai Taman Keraton, Tugu Pahlawan sebagai Alun-alun Utara dan Alun-alun Contong (Baliwerti – Bubutan) yang merupakan bagian dari Alun-alun Selatan.
Salah satu bukti keberadaan Keraton Surabaya adalah adanya sebuah kampung yang teletak di antara Jalan Pahlawan dan Jalan Keramat Gantung bernama Kampung Keraton. Konon kawasan ini meruapakan tempat berdirinya Keraton Surabaya.
Di ujung kampung ini terdapat satu-satunya bangunan Keraton Surabaya yang masih tersisa, yakni sebuah gapura setinggi empat meter yang diyakini sebagai bagian dari gerbang Keraton Surabaya.
(Tifani)