Sukses

Ramai soal Ucapan Pangkostrad Dudung, Begini Kata Ketua HMI

Romadhon menjelaskan, ucapan Pangkostrad seharusnya dipahami dalam konteks menjaga toleransi beragama.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua PB HMI Romadhon Jasn ikut merespons kritik yang mempersoalkan pernyataan Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman soal "semua agama sama di mata Tuhan".

Menurut Romadhon, ucapan Pangkostrad seharusnya tidak ditafsirkan secara sempit sehingga tidak dangkal. Sebaliknya, ucapan tersebut idealnya dipahami secara komprehensif dengan kapasitas beliau sebagai Pangkostrad, bukan sebagai ulama yang berceramah menyampaikan pesan-pesan agama kepada ummat.

"Ucapan beliau seharusnya dilihat berdasarkan kapasitasnya sebagai seorang Pangkostrad yang mempunyai anggota dari berbagai pemeluk agama yang berbeda-beda, beliau tidak sedang berceramah layaknya seorang ulama," ujar Romadhon Jasn, dalam keterangan tertulis Kamis, (16/9/2021).

Romadhon menjelaskan, ucapan Pangkostrad seharusnya dipahami dalam konteks menjaga toleransi beragama dalam rangka menciptakan kerukunan demi solidaritas internal anggota Kostrad.

"Beliau ini berpidato saat kunjungan ke Batalyon Zeni Tempur Kostrad Bandung, tentu konteks ucapan beliau untuk solidaritas internal Kostrad secara khusus supaya tidak fanatik terhadap suatu agama, tujuannya tak lain untuk menjaga toleransi serta menciptakan kerukunan," jelas Romadhon.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Jangan Jadi Polemik

Alumnus Pondok Pesantren Nurus Sholeh, Madura tersebut menghimbau kepada semua pihak untuk tidak mempersoalkan ucapan Pangkostrad Dudung, apalagi sampai dibuat polemik sehingga menimbulkan resistensi yang berujung pada retaknya kohensi sosial yang berakibat terjadinya disharmoni agama dan pecah belah di kalangan arus bawah.

"Jangan sampai ucapan Pangkostrad Dudung yang sebenarnya bertujuan baik malah dibuat polemik apalagi sampai resisten, itu jelas berbahaya karena bisa terjadi retaknya kohesi sosial dan bisa pula terjadi disharmoni agama sehingga bisa pecah belah ini bangsa," imbuh Romadhon