Sukses

Kemarau Basah Serang Ngawi, Puluhan Hektare Tanaman Tembakau Gagal Panen

Rata-rata untuk satu hektare membutuhkan biaya tanam Rp30 juta hingga Rp40 juta. Namun, jika dihitung sampai dengan hasil panen, kerugian bisa mencapai di atas Rp60 juta per hektare.

Liputan6.com, Ngawi - Akibat hujan di musim kemarau atau kemarau basah, puluhan hektare tanaman tembakau di sentra produksi Desa Karangjati, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi rusak.

Kemarau basah ini membuat sejumlah petani merugi. Salah satu petani tembakau di Ngawi, Selo, mengatakan hujan deras yang terus mengguyur wilayahnya selama beberapa hari terakhir mengakibatkan tanaman tembakau rusak sehingga gagal panen.

"Tanaman tembakau di daerah sini layu hingga akhirnya banyak yang mati. Itu akibat genangan air yang terus merendam tanaman tembakau selama beberapa hari terakhir," ujar Sojo di Ngawi, Rabu, 15 September 2021, dilansir dari Antara.

Menurut ia, tanaman tembakau yang terendam air tidak bisa tumbuh normal, layu, dan akhirnya mati.

Upaya pengurangan air dengan mesin pompa sudah dilakukan petani, bahkan untuk satu kotak lahan tembakau dibutuhkan minimal dua hingga tiga mesin pompa untuk membuang air yang merendam area tanam.

"Jika dibiarkan maka dipastikan petani tembakau terancam gagal panen," kata Sojo yang juga sebagai Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Ngawi tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

2 dari 2 halaman

Kerugian Rp 60 Juta Per Hektare

Sesuai data, luas lahan tanaman tembakau pada tahun 2021 di daerah ini mencapai 450 hektare. Dari luasan tersebut yang sudah mendekati masa panen sekitar 300 hektare.

Akibat hujan deras selama sepekan terakhir, ada sekitar 150 hektare tanaman tembakau yang terancam gagal panen.

"Jika dihitung kerugiannya, rata-rata untuk satu hektare membutuhkan biaya tanam Rp30 juta hingga Rp40 juta. Namun, jika dihitung sampai dengan hasil panen, kerugian bisa mencapai di atas Rp60 juta per hektare," katanya.

Menyikapi kondisi itu, Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi Wibowo mengatakan pihaknya sedang menyiapkan petani tembakau untuk mengikuti asuransi pertanian dengan pembayaran premi menggunakan dana bagi hasil cukai.

"Saat ini kami masih mempelajari aturan penggunaan dana bagi hasil cukai untuk membayar premi asuransi pertanian sehingga bisa mengurangi kerugian yang dialami petani tembakau akibat cuaca maupun serangan hama," kata Wibowo.

Ia berharap selama beberapa bulan ke depan cuaca bisa mendukung, sehingga saat masa panen tiba, maka tanaman tembakau dapat maksimal.

Selain di Karangjati, wilayah sentra penanaman tembakau juga terdapat di Kecamatan Bringin, Padas, dan Pangkur.