Liputan6.com, Surabaya - Guru besar pertama Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Prof Mulyadi mengaku terusik dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah untuk mahasiswa kedokteran.
Menurutnya, tantangan pendidikan dokter serta rumah sakit pendidikan dalam pandemi Covid-19 adalah kompetensi seorang dokter secara sederhana dapat dipilah dalam beberapa kategori yaitu harus diketahui (must know), sebaiknya diketahui (should know), dan baik untuk diketahui (nice to know).
“Saat pandemi Covid-19 dan mengacu pada Surat Edaran Kementerian No. 1 tahun 2020 tentang PJJ dari rumah, telah mengurangi kesempatan mahasiswa pendidikan profesi dokter dapat berinteraksi dengan pasien. Ini telah mengusik nurani saya terhadap pendidikan dokter,” ujarnya, Jumat (15/10/2021).
Advertisement
Guru besar kelahiran Aceh Selatan ini mengatakan, menghadapi keadan ini para pendidik kedokteran diharuskan untuk menggunakan sistem berbasis teknologi dan simulasi melalui daring.
“Ini merupakan tantangan sekaligus pertaruhan. Mengingat prinsip utama dalam pendidikan kedokteran, prinsip pengajaran klinis ideal yang tidak dapat digantikan adalah tidak ada guru yang lebih baik selain pengalaman langsung menghadapi pasien,” kata Mulyadi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hilangnya Esensi Pendidikan
Suami Arti Lukitasari ini mengungkapkan, kegiatan pedagogis memakai simulasi dan inovasi teknologi selama pandemi seperti kuliah daring, simulator virtual webcasting, diskusi ruang daring, telah menghilangkan esensi pendidikan yang bertujuan menghasilkan seorang dokter yang sesuai dengan panduan pendidikan dokter Indonesia.
“Regulasi yang membatasi hubungan antara peserta pendidikan dokter dengan pasien pada masa pandemi merupakan dilema, karena seorang dokter kelak akan menghadapi orang yang sakit, sesuai tingkat kompetensinya," ucapnya.
Advertisement