Sukses

Elang Jawa yang Dilepas Liar di Kawasan Bromo Tengger Semeru Serahan Gus Muwafiq

Elang Jawa itu diserahkan saat masih anakan karena prihatin dengan kondisinya yang masih butuh perawatan

Liputan6.com, Malang - Seekor Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) terbang bebas setelah dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Burung betina berumur dua tahun itu diharapkan bisa menambah populasi satwa langka itu di habitat aslinya.

Elang Jawa itu merupakan penyerahan dari KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta pada 8 Juli 2020 silam. Lalu direhabilitasi selama 15 bulan di Stasiun Flora Fauna Bunder dan baru dilepasliarkan pada akhir pekan ini.

“Beliau membeli dari seorang warga karena prihatin Elang Jawa itu masih anakan dan butuh perawatan, akhirnya diserahkan ke kami agar direhabilitasi,” kata Kepala BKSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyudi, Jumat (29/10/2021).

Setelah proses rehabilitasi, dilakukan asesmen dan hasilnya menunjukkan Elang Jawa itu sudah siap untuk dilepasliarkan. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dipilih jadi lokasi pelepasliaran karena ketersediaan pakan di kawasan ini masih melimpah.

“Maka setelah koordinasi bersama diputuskan untuk dilepasliarkan di sini,” ujar Wahyudi.

Zaini Rakhman, Ketua Raptor Indonesia, mengatakan, peningkatan populasi Elang Jawa termasuk sangat lambat. Baru bertelur setiap dua sampai tiga tahun sekali dan hanya satu butir saja. Itu pun belum tentu menetas.

“Bila menetas juga masih terancam perburuan masyarakat untuk diperjualbelikan,” ujar Zaini.

Menurutnya, partisipasi masyarakat dalam menjaga atau menyerahkan Elang Jawa ke pemerintah sangat penting dalam upaya peningkatan populasinya. Pelepasliaran di habitat aslinya turut mendorong peningkatan populasi Elang Jawa.

“Seperti pelepasliaran ini, ada tokoh masyarakat membeli dari warga lalu diserahkan untuk direhabilitasi dan dilepasliarkan,” kata Zaini.

2 dari 2 halaman

Populasi Elang Jawa

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, pelepasliaran elang jawa di habitat aslinya ini diharapkan bisa menambah populasinya tidak hanya di satu kawasan saja, tapi juga populasi secara nasional.

“Karena sudah berumur dua tahun, semoga segera mendapat pasangan. Menurut ahlinya, umur tiga tahun elang jawa sudah mencari pasangan,” kata Wiratno.

Secara keseluruhan, populasi elang jawa di habitat aslinya ada sebanyak 571 ekor yang hampir sebagian besar tersebar di pulau Jawa. Khusus di kawasan TNBTS, populasi burung langka itu ada 37 ekor termasuk dengan "Mirah" yang baru saja dilepasliarkan.

“Agar populasinya terus bertambah, kami imbau masyarakat tak memburu. Lebih baik mencintai burung dengan cara melihat langsung burung di alam,” ujar Wiratno.

Pelaksana tugas Kepala Balai Besar TNBTS, Novita Kusuma Wardhani, mengatakan elang jawa di kawasan taman nasional ini tersebar di seluruh kawasan mulai dari Malang, Lumajang, Probolinggo dan Pasuruan.

“Tutupan hutan di wilayah Malang dan Lumajang masih sangat bagus, sehingga populasinya paling banyak di sini,” ujar Novita.