Sukses

Banjir Bandang Kota Batu Karena Kerusakan Lingkungan?

Banjir bandang di Kota Batu ini di luar perkiraan dengan penyebab utamanya bukan karena hujan.

Liputan6.com, Batu - Pemerintah Kota Batu masih mengkaji penyebab utama bencana banjir bandang. Ada dugaan kerusakan lingkungan seperti alih fungsi lahan punya andil penting yang menyebabkan bencana alam tersebut.

Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso, mengatakan saat banjir bandang terjadi pada Kamis sore, daerahnya diguyur hujan dengan curah sedang. Fakta itu juga dikemukakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung ke pengungsian warga.

"Ibu Gubernur juga menyebut itu. Ada fenomena lain yang harus jadi perhatian kita. Karena itu masih menunggu kajian tertulis," kata Punjul di Kota Batu, Jumat, 5 November 2021.

Ia mengamini bila tutupan lahan di wilayah hulu juga semakin berkurang. Karena itu untuk rehabilitasi dan penanganan pasca bencana, harus melibatkan pihak lain yang berwenang. Misalnya Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

"Jadi nanti Perhutani kami libatkan, misal menyampaikan akan digunakan untuk apa lahan milik mereka. Agar ada kesamaan persepsi," tutur Punjul.

Lahan - lahan kritis bisa dimanfaatkan dengan ditanami pohon tegakan. Terutama di daerah dengan tingkat kemiringan antara 10 derajat sampai 50 derajat. Agar ada penyangga sekaligus penyerap air, meminimalisir potensi bencana alam.

Punjul mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir Kota Batu sering dilanda banjir. Sempat dikhawatirkan terjadi pasca bencana kebakaran hutan di lereng pegunungan Arjuna dan Welirang pada 2019 silam, banjir Kota Batu pada tahun ini di luar perkiraan.

"Tiap tahun selalu banjir, tapi kali ini paling besar. Banjir juga tak melewati sungai, ini di luar perkiraan kami," ucapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Rencana Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Batu sendiri dikritik pegiat lingkungan. Sebab, aturan Wali Kota Batu

Punjul Santoso mengatakan, beberapa saat lalu Kementerian Agraria dan Tata Ruang telah memanggil Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko. Untuk dimintai penyelarasan dan apakah rekomendasi tata ruang sudah sesuai atau belum.

"Soal hasilnya apa, mana saja yang zona kuning, hijau dan merah saya belum tahu," ucapnya.

Wilayah Bumiaji, salah satu kawasan terdampak parah banjir bandang sebenarnya termasuk kawasan konservasi serta pertanian. Namun ada sekian persen mulai digunakan kawasan usaha jasa pariwisata.

"Soal pemberian izin ya saya tak tahu. Kan wakil wali kota tak mengurus itu," kata Punjul.

Purnawa D Negara, Dewan Daerah Walhi Jawa Timur, mengatakan Perda RTRW Kota Batu yang baru bakal mengubah kawasan Bumiaji yang sebelumnya masuk kawasan lindung menjadi kawasan jasa wisata.

“Perda terbaru penuh siasat, mengubah kawasasan lindung jadi kawasan wisata. Ini jadi bencana ekologis,” kata Purnawan.

Seharusnya, wilayah Bumiaji harus dipertahankan sebagai kawasan konservasi. Bila tidak, bencana alam hanya tinggal menunggu waktu saja. Sebab wilayah penyangga semakin kritis dari tahun ke tahun karena kebijakan yang mengabaikan konservasi.