Sukses

Ramai Dugaan Menteri Jokowi Diuntungkan Bisnis PCR, Begini Respons Relawan Solmet

Dia menyatakan, kedua menteri ini termasuk menteri yang menjadi ujung tombak Jokowi dalam menangani krisis ekonomi dan kesehatan karena Covid 19.

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Solidaritas Merah Putih Kamaludin menyesalkan berembusnya isu dua menteri Jokowi, yakni Meneg BUMN Erick Thohir dan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan diuntungkan dengan pemberlakukan tes PCR kepada penumpang pesawat.

"Tuduhan ini tanpa dasar yang jelas. Kita tahu mereka tulus menyumbang tenaga dan materi untuk membantu rakyat, mereka sudah berbuat banyak untuk rakyat, ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/11/2021).

Dia menyatakan, kedua menteri ini termasuk menteri yang menjadi ujung tombak Jokowi dalam menangani krisis ekonomi dan kesehatan karena Covid 19.

"Kalau mereka mau korupsi ngapain ambil dari bisnis PCR. Dengan kewenangannya, Erick Thohir dan Menko Luhut bisa saja bancakan dana APBN di Kementeriannya atau menjarah BUMN," ujarnya.

Dia yakini mereka ini adalah orang orang yang berdedikasi dan berjuang dengan tulus. "Harusnya kita memberikan penghargaan kepada apa yang mereka kerjakan dan mereka sumbangkan," sambungnya.

Kamaludin mengaskan, Solmet dan beberapa komunitas relawan akan terus berjuang mendukung Presiden Jokowi. Pihaknya menyarankan sejumlah relawan yang turut menghembuskan isu ini  sebaiknya menjadi oposisi.

"Tidak ada guna koar koar menjaga Presiden Jokowi dan NKRI karena sampai saat ini setelah mereka mendapat kue jabatan tidak terdengar apa yang dilakukan untuk rakyat," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Penjelasan Erick

Sebelumnya, Erick Thohir mengaku dirinya difitnah atas adanya keterlibatannya yang meraup untuk di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 lewat kebijakan PCR. Ia menuturkan secara rinci perjalanan tes PCR hingga jadi syarat perjalanan transportasi di Indonesia.

"Mengenai PCR, Kementerian BUMN dan BUMN turut memberikan dukungan pada awal dimana pada saat itu tepatnya pada Maret atau April atau Mei kita belum ngerti apa PCR, tapi dari koordinasi dengan berbagai pihak rupanya kita perlu 18 lab PCR,” katanya dalam Webinar Kontroversi PCR: Bisnis atau Krisis, Kamis (18/11/2021).

Lantas, pihaknya memberanikan untuk menyediakan 18 lab yang didistribusikan lewat rumah sakit BUMN. “kita lihat memang tes ini (ternyata) bagian dari tadi, trace dan tracing,” katanya.

Menteri Erick juga membeberkan harga tes PCR yang awalnya berkisar jutaan hingga saat ini dipatok paling tinggi Rp 300 Ribu. Bahkan, saat ini harga yang berlaku di Indonesia termasuk yang termurah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

“Awalnya saya ingat, harganya ada yang Rp 2 juta dan ada yang Rp 5 juta waktu itu, alhamdulillah hari ini harganya Rp 300 Ribu. Kalau dibandingkan banyak negara kita masuk kategori termurah,” kata dia.