Sukses

Kronologi Kematian Dumbo, Anak Gajah di Kebun Binatang Surabaya yang Masih Jadi Misteri

Seekor anak gajah bernama Dumbo di Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati , Rabu (15/12/2021) pukul 03.26 WIB.

Liputan6.com, Surabaya- Seekor anak gajah bernama Dumbo di Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati , Rabu (15/12/2021) pukul 03.26 WIB. Penyebab kematian anak gajah berusia 2,5 tahun di Kebun Binatang Surabaya itu masih misterius alias belum bisa dipastikan.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur (Jatim) menerbitkan siaran pers yang membenarkan peristiwa kematian anak gajah di Kebun Binatang Surabaya. Dumbo merupakan anak gajah jantan yang lahir di KBS pada 22 Juli 2019 dari gajah jantan Lembang dan induk Doa.

Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan oleh tim medis KBS diduga kematian anak gajah sumatera tersebut disebabkan oleh virus Elephant endotheliotropic herpesviruses (EEHV).

Gejala awal yang diperlihatkan, anak gajah sumatera tersebut terlihat lesu atau kurang aktif dan nafsu makan menurun pada hari Selasa (14/12/2021). Pawang gajah memanggil tim dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Dari dari hasil pemeriksaan, ujung lidah mengalami sianosis (berwarna kebiruan) dan terjadi pembengkaan pada sekitar mata. Perawatan terbaik disebutkan telah dilakukan untuk gajah Dumbo yakni dengan pemberian terapi cairan, obat-obatan, dan vitamin per oral, serta injeksi.

Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah terjadinya penurunan kondisi sampai dengan dilakukan klisma untuk mengeluarkan kotoran. Di luar tindakan medis cepat yang telah dilakukan, anak gajah bernama Dumbo di Kebun Binatang Surabaya mati karena tidak dapat melawan virus EEHV.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Masih Tunggu Hasil Lab

Penyakit Elephant endotheliotropic herpesviruses (EEHV) atau Elephantid betaherpesvirus 1 (EIHV-1) adalah jenis virus herpes yang mematikan dan spesifik menyerang gajah.

Biasanya yang terjangkit adalah anak gajah atau umumnya usia muda sampai 10 tahun dengan kasus terbanyak pada rentang umur 1-3 tahun dan waktu kematiannya cenderung cepat yakni hanya 1-2 hari setelah gejala penyakit seperti pendarahan pada saluran pencernaan.

Dikutip dari TIMESIndonesia, Direktur Jenderal KSDAE Wiratno menyebutkan kematian anak gajah di fasilitas eksitu akibat EEHV perlu menjadi perhatian semua pihak terutama pengelolaan lembaga konservasi.

"Meskipun sulit dideteksi awal akan tetapi dapat dilakukan pencegahan dengan peningkatan sanitasi terhadap lingkungan tempat perawatan gajah jinak termasuk sanitasi atas pawang atau mahout yang memelihara dan merawat gajah," ucapnya.

Kendati demikian, konfirmasi atas penyebab lebih jelasnya kematian anak gajah di KBS masih menunggu hasil pemeriksaan PCR di PT Medika Satwa Laboratoris, Bogor terhadap sampel organ yang dikirimkan.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Indra Explotasia memastikan akan mengawasi peristiwa ini. Di Jatim, terdapat 11 lembaga konservasi yang merawat gajah sumatra. Ada 36 ekor gajah yang tersebar di Taman Safari Indonesia II Prigen sebanyak 19 ekor, PDTS-KBS sebanyak 6 ekor, PT. Bunga Wangsa Sedjati 6 ekor, dan PT. Bumi Lamongan Sejati sejumlah 5 ekor.