Liputan6.com, Mojokerto - Kota Mojokerto menjadi daerah dengan kasus stunting terendah di Jawa Timur, yakni di angka 6,9 persen. Sementara bangkalan Bangkalan tertinggi dengan mencapai 38,9 persen.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Farida Mariana menyampaikan, data tersebut adalah hasil survei status gizi Indonesia yang dilaksanakan Balitbang Kemenkes.
Baca Juga
"Jadi, mereka pakai sampling. Dan kebetulan Kota Mojokerto disampling cukup banyak, jadi validitas angka itu cukup tinggi dan itu survei resmi 2021 kemarin," ujarnya, Senin (10/1/2022) dikutip dari Antara.
Advertisement
Menurut dia, stunting itu dari hasil pemeriksaan perawakan tinggi badan yang tidak sesuai.
"Kalau dari hasil kami sekitar 515 anak. Cuma kan itu nanti yang ketemu kami konsultasikan ke dokter spesialis anak yang ada di puskesmas," kata dia.
Ia mengatakan, stunting tersebut nanti perlu dilihat penyebab perawakan pendeknya karena apa, kalau misal karena orang tua pendek tak masalah karena dari turunan dan genetik.
"Namun jika itu dari pola asuh yang kurang, atau karena penyakit maka itu harus diintervensi. Sebab itu adalah stunting sebenarnya," ujarnya.
Â
Pantau Sejak Jadi Calon Pengantin
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, dalam persoalan stunting ini ditangani mulai dari hulu ke hilir secara preventif. Yakni, mulai dari calon pengantin dan pada saat hamil serta lahir bayi. Jangan sampai anak kurang gizi atau salah pola asuh.
"Pas balita udah kadung stunting kami kawal dari sisi gizi, tapi itu pun tak bisa Dinkes saja yang gerak. Ini proses keroyokan stunting, jadi lintas OPD bergerak harapannya bisa diturunkan," ujarnya.
Rendahnya angka stunting ini imbuh dia juga bisa diartikan adanya kesejahteraan di masyarakat Kota Mojokerto.
"Jadi sudah banyak kegiatan dari berbagai OPD misal dari Diskoperindag bagaimana inkubasi wirausaha. Seperti itu mengerek pendapatan warga miskin yang akhirnya balita kita juga yang tadinya kurang gizi jadi terangkat," kata perempuan yang biasa disapa Ning Ita ini.
Advertisement