Liputan6.com, Surabaya - Tahun politik semakin dekat, sejumlah politisi mulai menyongsong Pilpres 2024. Sejauh ini kandidat capres masih didominasi dari kubu koalisi pemerintah. Namun, ada pula sosok Rizal Ramli atau RR yang merupakan representasi kubu oposisi.
Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdus Salam menilai, kehadiran RRÂ bermakna positif agar pencalonan menjadi hal biasa dan tidak menjadi hal tak tersentuh dalam diskusi di parpol.
Baca Juga
Selain juga bisa memantik diskusi positif untuk bisa membuka kotak pandora dalam pencalonan Presiden.
Advertisement
"Kehadiran RR dalam bursa suksesi nasional memantik diskursus pilpres lebih menarik dan terbuka," tutur Surokim, Minggu (16/1/2022).
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura ini mengungkapkan, peluang RR sama dengan kandidat oposisi yang lain. Karena itu, Menko Perekonomian di era Presoden Gus Dur itu harus bisa menciptakan momentum, menarik, dan juga narasi perubahan yang lebih progresif.
Surokim melanjutkan, ikhtiar calon oposisi seperti jalan terjal karena bergantung pada momentum yang ada di pemerintahan Jokowi juga saat ini. Sebab, kian tinggi tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi, maka jalan kian terjal bagi calon - calon oposisi, termasuk Rizal Ramli.
"Momentum memegang peran penting. Bila tingkat kepuasan publik rendah pada pemerintah, maka jalan capres oposisi semakin terbuka. Sebaliknya, jalan menjadi terjal bila kepuasan publik pada pemerintah masih tinggi," urainya.
Surokim menambahkan, fenomena pencapresan di Indonesia selalu unik dan khas. Peluang berkoalisi selalu cair dan dinamis, kadang sulit menjadi permanen. Bahkan biasanya selalu terbentuk di menit - menit akhir.
Â
Lebih Responsif
Kondisi ini lah yang membuat konsolidasi kubu oposisi selalu rumit dan selalu menemui kendala serius. Sebab, selalu menunggu posisi koalisi pemerintah tetap solid atau pecah. Sementara koalisi pemerintah yang dimotori PDI Perjuangan selalu menentukan posisi di menit akhir.
"Saya pikir kubu oposisi tidak boleh terlalu bergantung pada kondisi koalisi pemerintah. Oposisi harus lebih responsif menjemput nasibnya sendiri, dengan membuka komunikasi lebih cair dengan berbagai parpol pengusung. Mereka tidak boleh menunggu dan terjebak kepada permainan menit akhir," pungkas cendekiawan muda NU asal Lamongan ini.
Â
Advertisement