Liputan6.com, Jember - Budidaya maggot mulai marak dikembangkan di Jember. Budidaya Maggot dianggap sebagai salah satu solusi permasalahan sampah.
Agus Subagiyo dari Koperasi Molindo Jaya menjelaskan, maggot merupakan belatung dari lalat black soldier fly (BSF). Dimana harga fresh maggot perkilonya Rp 6.000, berguna untuk pakan hewan unggas, burung serta ikan.
“Seperti belatung pada umumnya, maggot dari lalat BSF hidup dengan mengonsumsi sampah organik, sehingga budidaya maggot ini merupakan solusi untuk mengurangi sampah yang efektif.,”ujar Agus Subiyanto, Selasa (15/3/2022).
Advertisement
Alur budidaya maggot diawali dari telur lalat BSF lalu ditetaskan sampai menjadi larva. Maggot itu diberikan makan dari limbah organik, biasanya sampah dapur seperti nasi, buah, atau sayur. Dalam waktu 14 hari, larva itu akan membesar.
“Maggot usia 14 hari kadar proteinnya paling tinggi untuk digunakan pakan ternak,” jelas Agus.
Nantinya, dari hasil produksi selama 14 hari itu, mereka akan memanen 90 persen sedangkan 10 persen lagi akan dibudidayakan. Sehingga budidaya maggot yang mereka lakukan akan berkelanjutan dan tidak perlu lagi membeli bibit.
Agus mengungkapkan dengan metode yang mereka lakukan telah terbukti mengurangi biaya budidaya maggot. Sehingga teknologi yang digunakan tidak terlalu banyak tetapi caranya bisa bermacam-macam.
“Dengan metode ini terbukti sangat mengurngi biaya budidaya maggot,”tambahnya.
Budidaya maggot ini cukup bermamfaat untuk mengurangi jumlah sampah organik, terutama di rumah. Tidak tanggung-tanggung, 100 kg maggot BSF dapat mengurai sekitar 1 ton sampah organik hanya dalam waktu singkat yakni 1×24 jam.
Menurutnya hal ini lebih efektif daripada solusi pengurangan sampah lain seperti metode kompos. Selain memerlukan lahan yang luas, metode kompos ini juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurai sampah.
Bersama-Sama
Bupati Jember Hendy Siswanto menyatakan, pengelolaan sampah harus dilakukan dengan gotong royong. Pemerintah dan masyarakat sama-sama aktif. Seperti salah satunya budidaya maggot dengan memanfaatkan limbah sampah rumah tangga.
“Lalu ketika didaur ulang menjadi produk yang baru, siapa yang mau membeli, ayo siapa. Ya kita, kita harus punya rasa memiliki tanggung jawab terhadap produk hasil daur ulang sampah, selain juga pihak Pemkab Jember. Kalau sudah masyarakat dan pemerintah ini sama-sama aktif dan disiplin mengelola sampah maka harapan terwujudnya zero waste itu bisa perlahan terwujud,” sambungnya.
Advertisement