Sukses

Proyek Infrastuktur di Ngawi Bikin Lahan Produktif Menyusut 153 Hektare

Untuk menekan alih fungsi lahan, Pemkab Ngawi sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

Liputan6.com, Ngawi - Lahan pertanian produktif di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menyusut sekitar 153 hektare pada tahun 2021 akibat dari alih fungsi lahan untuk keperluan infrastruktur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Ngawi, penyusutan lahan pertanian produktif di Kabupaten Ngawi sebelumnya 50.868 hektare menjadi 50.715 hektare.

"Pengurangan lahan pertanian produktif tersebut beralih fungsi menjadi permukiman baru, juga ada proyek tol dan industri," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi Supardi, Selasa (15/3/2022), dilansir dari Antara.

Menurutnya, pengurangan lahan pertanian tidak bisa dihindari. Apalagi pembangunan tol dan kawasan industri juga demi kemajuan daerah. Pabrik mampu menyerap banyak tenaga kerja. Jalan bebas hambatan juga mempermudah akses transportasi masyarakat.

Untuk menekan alih fungsi lahan, Pemkab Ngawi sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

2 dari 2 halaman

Sistem Tanam Modern

Selain menerbitkan perda tentang lahan pertanian berkelanjutan hal yang dilakukan dinasnya dan petani dalam menghadapi penyusutan lahan produktif tersebut adalah mengoptimalkan masa tanam serta meningkatkan produktivitasnya.

Agar mencapai target tersebut, pihaknya bersama tim penyuluh lapangan memberikan bimbingan teknik (bimtek) kepada gabungan kelompok tani (gapoktan).

Petani juga didorong meningkatkan produksi dengan cara menerapkan budi daya pertanian yang baik dan berinovasi tentang sistem tanam yang modern.

Sesuai data BPS setempat, jumlah produksi padi di Ngawi pada 2020 sebesar 837 ribu ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sekitar 7,80 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 777 ribu ton (GKG).