Sukses

Pemimpin Perempuan Masih Minim, Representasi Kesetaraan Gender Dinilai Belum Tercapai

Direktur External Affairs PT HM Sampoerna Elvira Lianita mengungkapkan, kepemimpinan perempuan di sektor swasta dan publik masih sangat minim.

Liputan6.com, Jakarta - Mendorong kepemimpinan perempuan memang menjadi hal yang kerap dibahas akhir-akhir ini. Mengutip riset Women in the Workplace 2018-2021 yang dilakukan oleh McKinsey & Company, kepemimpinan perempuan di sektor bisnis dan publik bisa menciptakan organisasi yang lebih sehat.

Riset itu juga menunjukkan bahwa kepemimpinan perempuan mampu menghasilkan keputusan yang komprehensif dan inklusif karena mempertimbangkan berbagai aspek.

Kepekaan perempuan dinilai mampu merumuskan strategi perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mendorong peningkatan performa keuangan perusahaan. Namun sayangnya, kepemimpinan perempuan di Indonesia masih belum ideal.

Direktur External Affairs PT HM Sampoerna Elvira Lianita mengungkapkan, kepemimpinan perempuan di sektor swasta dan publik masih sangat minim.

"Sayangnya, representasi kesetaraan gender belum tercapai baik di level global, maupun Indonesia," kata Elvira dalam dalam webinar “Kepemimpinan Perempuan dan Transformasi Sosial”, Jumat (22/4/2022).

Untuk lingkup Indonesia, merujuk indeks World Economic Forum dalam laporan Kesenjangan Gender Global 2021, Indonesia menempati peringkat 101 dari 156 negara dalam hal kesetaraan gender. Dengan kondisi ini, Elvira mengatakan, berbagai tantangan dihadapi perempuan ketika menduduki posisi sebagai pemimpin.

Pertama, tantangan menghadapi stereotip gender atau gender bias.

"Stereotip ini ketika perempuan dianggap tidak memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki ketika ada di posisi pimpinan. Biasanya, ini kita temukan di lingkungan pekerjaan yang didominasi laki-laki," kata Elvira.

Posisi pemimpin itu ditegaskan Elvira bukan hanya milik laki-laki. Perempuan juga mampu menjadi pemimpin, ketika dia bisa menunjukkan kinerja yang baik dan berkontribusi bagi perusahaan. Tantangan kedua, membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Menurutnya sebagai ibu sekaligus profesional, tak sedikit perempuan yang mengalami dilema untuk memberikan hal terbaik bagi keluarga dan perusahaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Berat

Di masa pandemi ini, tantangan bagi pekerja perempuan semakin berat, karena peran ganda yang harus diembannya. Data UN Women menunjukkan, di level global, 40 persen perempuan yang bekerja di sektor formal terdampak selama masa pandemi. Sedangkan 60 persen dari total pekerja perempuan dari sektor informal kehilangan pekerjaan.

Sementara itu, studi McKinsey menyebutkan, pekerja perempuan 1,8 kali lebih rentan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dibandingkan laki-laki.

"Hal ini karena posisi mereka dalam pekerjaan dianggap tidak terlalu strategis sehingga perusahaan lebih cenderung melepaskan pekerja perempuan. Padahal, sebagian dari mereka adalah tulang punggung keluarga," ujar Elvira.

Meski demikian, Elvira optimistis, ada solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia profesional. Ia menekankan, yang terpenting adalah memulai dari diri sendiri. Perempuan harus memiliki the right mindset atau pola pikir yang tepat dalam melihat situasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.