Â
Liputan6.com, Banyuwangi - Warga Kelurahan Boyolangu Banyuwangi, kembali bisa menggelar tradisi Puter Kayun usai dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19.
Sebelum menginjak acara inti yakni Puter Kayun, tradisi ini diawali dengan atraksi kebo-keboan. Dalam atraksi kebo-keboan ini, dua orang berdandan layaknya kerbau dan dilengkapi dengan alat pembajak sawah. Setelahnya diarak keliling Kelurahan Boyolongu.
Advertisement
Uniknya dalam tradisi Keboan juga diwarnai aksi perang air diantara penonton. Tak jarang warga yang menyaksikan adat tersebut basah kuyub.
Pemangku adat Kebo-keboan Kelurahan Boyolangu, Darma mengatakan, tradisi kebo keboan dilakukan pada tanggal 9 syawal.
Adat tersebut merupakan rangkaian dari adat puter kayun yang akan dilakukan pada tanggal 10 syawal atau lebaran ke sepuluh.
"Secara garis besar tujuan dari perhelatan tradisi ini merupakan wujud syukur kami sebagai petani. Ini sudah dilakukan sejak dulu oleh leluhur kami yang meneruskan tradisi ini," kata Darma. Rabu (11/5/2022)
Kerbau, lanjut Darma, menjadi simbol petani pada zaman dahulu. Dimana kerbau digunakan untuk membajak sawah.
Leluhur setempat, yakni Buyut Jakso atau yang dikenal Ki Martojoyo pun menggunakan kerbau sebagai sarana untuk mengelola tanah di sawah.
"Mensyukuri hasil alam dan melanjutkan tradisi yang diwariskan oleh tetua-tetua kita," ujarnya.
Â
Ziarah ke Makam Leluhur
Sebagai informasi sebelum kebo-keboan ini digelar warga terlebih dahulu melakukan ziarah ke makam leluhur. Tepat pada tanggal 10 syawal, warga melanjutkan dengan tradisi Puter Kayun.
Puter Kayun adalah tradisi napak tilas masyarakat Osing Boyolangu, Kecamatan Giri Banyuwangi dengan cara beramai-ramai naik delman.
Ritual ini digelar satu tahun sekali, tepatnya hari ke-10 bulan Syawal. Ratusan warga ini mengendarai dokar (delman) dari Kelurahan Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol sejauh lima belas kilometer. Puter Kayun menjadi puncak dari serangkaian tradisi tersebut.
Â
Advertisement