Liputan6.com, Lamongan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menegaskan bahwa mengonsumsi daging sapi aman di tengah merebaknya virus penyakit mulut dan kaki (PMK) di wilayah itu.
"Ini saya baru saja makan soto kikil. Masyarakat tak perlu khawatir. Dengan pengolahan yang tepat, yakni memasak daging di atas suhu minimal 100 derajat Celcius dan dalam waktu yang cukup lama daging sapi aman dikonsumsi," kata Yuhronur di Lamongan, Jatim, Minggu (22/5/2022), dilansir dari Antara.
Baca Juga
Yuhronur saat membuka Kontes Hewan Peliharaan dan Posyandu Kucing di Alun-Alun Lamongan mengakui bahwa belakangan ini merebaknya PMK membawa kekhawatiran bagi masyarakat yang ingin mengonsumsi daging sapi.
Advertisement
Padahal, jika pengolahannya tepat, daging dari ternak yang terinfeksi PMK masih bisa dikonsumsi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemkab Lamongan Wahyudi mengatakan, sampai saat ini belum ada bukti virus PMK dapat menular pada manusia.
"Sampai dengan saat ini belum ada bukti kuat bahwa virus penyebab PMK dapat menular pada manusia. Namun ada potongan hewan yang tidak boleh dikonsumsi apabila terinfeksi PMK antara lain kaki dan organ dalam atau jeroan, mulut, bibir dan lidah," kata Wahyudi.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan, per 21 Mei 2022, PMK menjangkiti 461 hewan ternak di 16 kecamatan, dan telah sembuh sebanyak 94 ekor.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.Â
Â
Lokalisasi Ternak Sapi
Pemkab Lamongan melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan juga telah melakukan percepatan penanganan hingga lokalisir ternak sapi. Hal tersebut dilakukan untuk mengendalikan dan mengeliminasi penyebaran virus penyebab PMK.
Selain terus melakukan penanganan berupa pemberian antibiotik, vitamin dan disinfektan, lokalisir sapi berupa penutupan dua pasar besar hewan hingga koordinasi dengan Polres Lamongan untuk mengontrol keluar masuk sapi dengan baik, telah dan terus dilakukan.
"Kami juga bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Airlangga untuk memberikan edukasi dan contoh penanganan kasus PMK di lapangan untuk memberikan info jangan sampai PMK ini menyebar ke ternak lain seperti domba dan kambing," ujar Wahyudi.
Advertisement