Liputan6.com, Banyuwangi KKN di Desa Penari menjadi film horor yang paling trending tahun ini. Sejak tayang 30 April 2022, film ini sudah ditonton lebih dari 7 juta penonton.
Film ini sendiri memang cukup misterius sehingga mengundang penasaran banyak masyarakat. Proses pembuatan film pun juga banyak menyisakan kisah menarik.
Seperti yang diceritakan Ubaid Ijlal Abror, pemuda asal Banyuwangi. Ia adalah 1 dari 3 anak muda asal Banyuwangi yang terlibat menjadi cameo dalam film tersebut.
Advertisement
Pemuda asal Muncar tersebut merupakan mahasiswa Institut Seni Yogyakarta. Dalam film tersebut ia berperan sebagai penabuh gendang.
Selain dirinya, ada Obi berperan sebagai penabuh kluncing dan Sylvi sebagai penari. Keduanya adalah warga Tegaldlimo Banyuwangi.
Saat itu ia bersama mahasiswa Banyuwangi tergabung dalam Sanggar Sritanjung. Dari situlah awal mula keterlibatannya dalam film.
Ia sendiri mengaku gugup lantaran film tersebut menjadi pengalaman pertamanya mengikuti proses syuting.
"Syuting pada 2019 saat itu saya semester akhir. Saya tiba-tiba dihubungi langsung oleh orang produksi diajak syuting. H- seminggu saya dikontak, itu mendadak banget. Saya merasa gugup karena ini pengalaman pertama," kata dia, Senin (23/5/2022).
Saat itu, ia ditugaskan untuk menggarap musik gamelan khas Banyuwangi yang dikolaborasikan dengan musik gamelan khas Jawa. Namun yang ditonjolkan adalah musik khas Banyuwangi khususnya musik pengiring tari Gandrung.
"Apakah ada kaitannya, saya kurang tahu pasti. Saya hanya manut. Tapi firasat saya sepertinya memang terjadi di Banyuwangi," ujarnya.
Lokasi Syuting Dikeramatkan
Proses syuting, lanjut dia, dilakukan di Hutan Wanagama, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tidak benar bila ada asumsi yang mengatakan proses syuting dilakukan di Banyuwangi.
Lokasi syuting tersebut dikategorikan sebagai tempat yang dikeramatkan. Saat itu ada pantangan yang tidak boleh dilakukan di tempat tersebut
Ia mengaku saat itu didatangi oleh kakek tua yang berjaga di hutan itu. Ia diberi banyak wejangan dan pantangan.
"Kalau ada di sini jangan aneh-aneh, jangan membawa barang dari sini dan dibawa pulang karena bisa berakibat fatal. itu pantangan ketika di lokasi. Saya cukup tegang dan berhati-hati," kata dia.
Selama proses syuting, kata dia, tidak ada halangan yang berarti. Selama 4 hari ia mengikuti syuting semua berjalan lancar.
"Sempat kesulitan memadukan musik dengan tari. Karena berbeda tapi prosesnya tetap lancar," ujarnya.
Terlepas dari itu semua, Ubaid mengaku bangga bisa terlibat dalam pembuatan film sebesar itu. Menurutnya ini menjadi prestasi yang harus dibanggakan.
"Ini menjadi bukti meski ditanah rantau anak-anak Banyuwangi bisa tetap eksis dan dilirik oleh produser film besar. Ini menjadi motivasi untuk meningkatkan kreativitas dan terus berkarya," tandasnya.
Â
Advertisement