Sukses

Ulama di Jatim Dukung Ridwan Kamil Capres 2024, Ini Alasannya

Djafar mengungkapkan, para kiai melihat selama ini Ridwan Kamil sebagai pemimpin tidak bermasalah. Baik di birokrasi pemerintahan, maupun keluarga.

Liputan6.com, Surabaya - Sejumlah ulama Jatim mengggelar acara dukungan politik Ridwan Kamil for President. Tampak hadir dalam acara itu cucu pendiri NU mendiang KH Wahab Cahasbullah, KH Ghozi Wahid Wahab Hasbullah.

Kalangan kiai NU tersebut secara terbuka menyuarakan sokongan bagi Gubernur Jawa Barat untuk berlaga dalam kontestasi Pilpres 2024.

“Kita mendukung Ridwan Kamil. Secara lahir batin beliau siap (nyapres). Insyaallah ada kendaraannya,” ujar koordinator acara, KH Djafar Shodiq di kompleks Delta Raya, Sidoarjo, Kamis (27/5/2022) malam.

Djafar mengungkapkan, para kiai melihat selama ini Ridwan Kamil sebagai pemimpin tidak bermasalah. Baik di birokrasi pemerintahan, maupun keluarga.

“Beliau tidak pernah tersangkut praktik KKN. Keluarganya juga baik-baik saja,” ucap tokoh ulama Madura itu.

Terlebih lagi, lanjut Djafar, sosok RK dinilai shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Para ulama sangat berharap pemimpin Indonesia ke depan memiliki sikap demikian.

“Dan juga, RK bisa diterima semua golongan. Dia tidak masuk kategori Cebong atau Kampret. Tidak ada resistensi dari kelompok mana pun,” ujarnya.

Djafar mengungkapkan, pertemuan ini akan berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Guna mengintensifkan dukungan riil akar rumput, terutama kalangan NU kultural kepada Ridwan Kamil.

“Insyaallah dari nama capres yang beredar, RK kandidat kuat presiden Indonesia mendatang,” ucap pengurus GP Anshor yang telah mengabdi selama 20 tahun itu.

2 dari 2 halaman

Terobosan Emil

Ridwan Kamil merupakan pemenang Pilgub Jabar 2018. Sebelumnya, jebolan arsitektur ITB itu mengemban amanah sebagai Wali Kota Bandung. Sederet terobosan dilakukan Ridwan Kamil selama memimpin.

Di antaranya menggulirkan program pemberdayaan masyarakat pesantren lewat One Pesantren One Product (OPOP), kemudian Satu Desa Satu Hafizh (Sadesha), English For Ulama hingga penerbitan Perda Pesantren, yang pertama kali ada di Indonesia.