Liputan6.com, Banyuwangi - Pagi itu, Minggu 19 Juni 2022, cuaca di wilayah Kelurahan Tamanbaru, Kecamatan Banyuwangi kota, Banyuwangi, cukup cerah ketika Liputan6 mengunjungi rumah Choirul Anwar. Dia adalah orang yang berhasil menyulap popok bayi bekas menjadi sejumlah barang kerajinan dan paving block.
Di rumah yang berukuran 10 kali 7 meter persegi ini, dia melakukan aktivitas pengelolaan popok bekas kiriman masyarakat dari berbagai daerah.
Tumpukan popok bayi bekas langsung terlihat saat masuk ke rumah Anwa. Ada yang dikemas dengan kantong plastik berwarna merah dan hitam, ada juga yang ditempatkan di kardus bekas. Tumpukan popok bekas itu merupakan hasil donasi masyarakat.
Advertisement
Kiriman popok bekas dari masyarakat ini menggambarkan bahwa limbah popok bayi masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Data dari Ecological Observation and watlands Conservation (Ecoton Surabaya) sedikitnya ada 3 juta sampah popok yang dibuang ke sungai setiap harinya, tak terkecuali di Kabupaten Banyuwangi.
Di tangan Choirul Anwar, limbah popok bayi tersebut menjadi berkah tersendiri, limbah itu disulap menjadi berbagai kerajinan tangan, bahkan juga dibuat paving block. Choirul Anwar menceritakan ide awal mendaur ulang limbah popok bayi menjadi kerajinan tangan,. Dia mengaku gelisah melihat limbah popok bayi yang bertebaran mencemari sungai di Banyuwangi.
“Itu awalnya pas anak saya juga pake pempers kebetulan pas ada berita juga komunitas itu gerbek sampah di sungai yang ditemukan banyak popok. terus saya jadi berfikir sampah sampai segitu banyaknya itu apa tidak bisa di daur ulang? Akhirnya saya mencoba ke anak saya, terus apa benar di Sungai-sungai banyak? Akhirnya aku keliling di sungai dan ternyata memang benar, satu langkah mesti ada popok, popok dan popok,” kata Choirul Anwar, Minggu (19/6/2022).
Berbekal pengalaman itu, Choirul Anwar berinisiatif mendaur ulang limbah popok bayi menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Seperti pot bunga, tempat puntung rokok, hingga menjadi paving block. Untuk membuat kerajinan itu awalnya dia harus mengambil limbah popok dari sungai maupun tempat sampah.
“Tapi sekarang saya mendapatkan donasi popok bekas dari masyarakat. Setiap donasi pasti tak foto. Nanti identitasnya kelihatan. Sehingga diketahui berapa jumlah limbah popok yang digunakan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi,” ujur Choirul.
Untuk proses daur ulang limbah popok bayi ini cukup mudah. Langka pertama, limbah popok harus direndam selama semalam. Selanjutnya memisahkan empat bagian yang bisa diolah lebih lanjut. Empat bagian yang dipisahkan itu, antara lain air bekas rendaman limbah popok, kain, dan gel dari limbah popok.
“Ini nantinya airnya saya sering untuk membuat pupuk cair, nanti BAB-nya yang di bawah dibuat untuk pupuk kompos. Terus nanti habis itu saya masukan bak lagi tapi sudah dibilas nanti terakhir setelah itu dibuka dan dipisahkan gelnya,” tambahnya.
Jika proses pengolahanya lancar, dengan dibantu Komunitas Peduli limbah Taman Baru (Komplit), mampu mengolah 200 limbah popok dalam sehari. Produk yang dihasilkan, proses penjualannya tidak dibandrol. Masyarakat bisa membelinya secara sukarela dengan niat berdonasi untuk lingkungan.
“Hasil produk kerajinan dari limbah popok tidak dibandrol atau dikasi harga, dibeli dengan harga berapapun akan kita kasi. Soalnya hasil dari penjulan produk ini 50 persenya akan disumbangkan ke masyarakat kurang mampu, sedangan sisanya digunakan untuk produksi daur ulang popok ini,” kata Coirul Anwar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dukungan Masyarakat
Dalam Laporan Bank Dunia, di dalam Hotspot Sampah Laut Indonesia pada tahun 2018, membagi sampah laut Indonesia dalam tujuh kelompok. Sampah popok masuk dalam kelompok sampah plastik yang mencakup beragam materi polimir sintetis. Laporan tersebut juga menyebutkan lima negara di Asia Timur menyumbang lebih dari 50 persen sampah plastik. Dan penyumbang terbanyak, salah satunya adalah Indonesia.
Gerakan mengolah popok bekas ini terus mendapat respons dari masyarakat Banyuwangi. Bahkan donasi popok bekas juga datang dari luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang dan sejumlah kota lainnya.
Riza Santoso, warga Desa Tamansuruh, Banyuwangi, mengatakan, dua minggu sekali dia rutin mendonasikan popok bayi bekas ke Choirul Anawar. Dia mengaku popok bayi bekas anaknya dibuang ke sungai.
“Sebelum saya kirim ke tempat ini (rumah Choirul Anawar) biasanya ya saya buang ke sungai pas hujan lebat. Tapi dihati merasa bersalah saya. meski airnya besar tapi kan ujung-ujungnya nanti menycemari sungai atau lautan,” ujur Riza Santoso.
Riza mengaku jika membuang limbah popok bayi ke sungai akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. bahkan untuk mengurangi membuangan popok ke sungai dia juga sering menimbun limbah popok bekas tersebut di pekarangan belakang rumahnya.
“Bahkan kalau sudah merasa bersalah sebelum saya donasikan, kadang popok bekas anak saya itu saya timbun di tanah. Terkadang di area persawahan di pekarangan belakang rumah,” kata Riza.
Salah satu pelanggan produk kerajinan dari limbah popok bekas, Nike Purwitasari mengatakan, sering membeli kerajinan tangan yang dihasilkan dari limbah popok ini. Alasanya selain produk yang dihasilkan bagus juga tahan lama. Menurut dia, seperti pot bunga dari limbah popok ini tidak pecah ketika jatuh.
“Kebetulan di rumah itu kan ada taman, sehingga ada keinginan menghiasi dengan pot bunga dari bahan daur ulang. terlebih lagi produk yang dihasilkan dari popok limbah ini lucu-lucu jadi ya cocok dibuat di taman maupun di dalam ruangan seperti di meja. Tapi banyak juga ukuranya itu, ada yang besar ada juga yang kecil-kecil,” kata Nike Purwitasari.
Advertisement
Sorotan Pegiat Lingkungan
Pengeloahan limbah popok bayi yang dilakukan oleh Choirul Anwar itu, mendapaat sorotan dari pemerhati lingkungan di Kabupaten Banyuwangi. Daur ulang limbah popok tersebut apakah sudah mengantongi sertifikat aman dari instansi terkait di Banyuwangi.
Pegiat lingkungan hidup dari Sustainable Waste Banyuwangi, Novian Darma Putra mengatakan, popok bayi itu mengandung bakteri yang cukup berbahaya. Di antaranya limbah B3, sehingga pengolahanya harus benar-benar aman dari pencemaran bakteri tersebut.
“Secara garis besar inovasinya cukup bagus. Cuman ketika inovasi itu tidak didukung dengan pihak-pihak yang lain itu dikhwatirkan justru berbahaya bagi pemakaiannya. Menurut yang membuat itu aman tapi belum tentu untuk orang lain. Jadi kita butuh bantuan dengan adanya legalitas dari pemerintah,” ujur Novian Darma Putra.
Dia berharap instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup setempat segera mengambil langkah nyata. Yaitu membantu Choirul Anwar untuk menguji laboratorium hasil pengolahan popok bayi itu.
“Sehinga langkah inovatif yang dilakukan oleh Choirul Anwar, benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkunganya.