Sukses

Warga Kesurupan Mirip Kerbau Jelang Ritual Keboan Aliyan, Minta Dewi Sri Diganti

Kesurupan mirip kerbau itu dibenarkan oleh Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo. Dia menjelaskan bahwa Pak Poh kesurupan roh leluhur Desa Aliyan.

Liputan6.com, Banyuwangi Warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Pak Poh, mendadak kesurupan dan bertingkah seperti kerbau.

Kesurupan mirip kerbau itu dibenarkan oleh Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo. Dia menjelaskan bahwa Pak Poh kesurupan roh leluhur Desa Aliyan. Desa Aliyan merupakan desa adat yang masih terjaga dengan budaya asli Suku Osing.

“Dia dirasuki roh leluhur, dan berkomunikasi dengan sesepuh Desa Aliyan,” kata Anton Sujarwo, Jumat (22/9/2022).

Singkat cerita, Pak Suyit seorang sesepuh Desa Aliyan mengajak komunikasi kepada roh leluhur tersebut untuk meminta sesuatu menjelang ritual adat Keboan Aliyan.

Dalam komunikasi itu, roh leluhur meminta agar putri padi atau Dewi Sri diganti oleh gadis asli Desa Aliyan lainnya.

“Karena leluhur meminta seperti itu ya kami turuti, kebetulan yang jadi Dewi Sri tahun lalu sudah menikah,” ujar Anton.

Untuk melestarikan warisan leluhur ini, warga Desa Aliyan secara kompak dan gotong royong mempersiapkan segala keperluan ritual adat Keboan Aliyan.

Sekedar diketahui, acara ritual adat Keboan Aliyan akan digelar pada hari Minggu 31 Juli 2022. Bahkan, sejumlah acara mulai bazar kuliner sampai hiburan juga digelar mulai 28 Juli hingga 3 Agustus 2022.

2 dari 2 halaman

Keboan Alian Banyuwangi

Keboan Aliyan sendiri dilaksanakan setiap bulan Suro-penanggalan Jawa. Sejumlah petani kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kerbau. Mereka lalu berkeliling empat penjuru desa. Sesekali, belasan "kerbau" itu nyemplung di kubangan layaknya kerbau. 

Warga desa sangat antusias menyambut tradisi ini. Mereka bergotong royong menyiapkannya. Mulai menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan. Kenduri masal pin digelar sebagai tanda dimulainya ritual. 

"Keboan ini adalah perayaan yang dinantikan warga, kami semua bergotong royong menyiapkannya. Warga desa yang tinggal di luar kota bahkan menyempatkan mudik untuk menghadiri acara ini. Jadi, lewat tradisi ini kami memperkuat ikatan silaturahim dengan seluruh warga desa," kata Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo. 

Keboan ini dimulai sejak pagi, yang diawali dengan selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan. Mereka lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.