Sukses

Fenomena Koyo Ranu Klakah Lumajang, Petani Jual Murah Ikan Hasil Keramba

Para pemilik keramba yang berada di Ranu Klakah terpaksa harus memanen hasil keramba secara dini. Mereka pun harus menelan kerugian dari fenomena koyo tersebut.

Liputan6.com, Lumajang - Fenomena Koyo atau upwelling yang terjadi setiap tahun di Ranu Klakah Lumajang, menyebabkan kerugian para pemilik keramba. Air Ranu yang terkontaminasi belerang menyebabkan ikan mabuk dan mengambang di permukaan air.

Para pemilik keramba yang berada di Ranu Klakah terpaksa harus memanen hasil keramba secara dini. Mereka pun harus menelan kerugian dari fenomena koyo tersebut.

"Ya itungannya rugi, soalnya kalau harga normal kita jualnya Rp 35 ribu per kilogram, sekarang ini Rp 15 - 25 ribu, tergantung ukurannya," kata salah satu pemilik keramba, Yudi di sekitar Ranu Klakah, Rabu (27/7/2022).

Yudi mengatakan, fenomena koyo mulai terjadi sejak Senin (25/7/2022) dan biasanya berlangsung selama sepekan. "Biasanya seminggu ini, kalau mulainya kemarin pagi," ujar dia.

Yudi pun terpaksa memanen hasil kerambanya dan dijual di pinggir jalan masuk menuju Ranu Klakah dengan harga separuh lebih murah dari biasanya.

Berbeda dengan Yudi, Muhammad Yunus salah satu pembeli yang berasal dari Desa Karanganom, Kecamatan Pasrujambe Lumajang, mengaku mendapatkan banyak titipan dari saudaranya untuk membeli ikan.

2 dari 2 halaman

Borong Ikan

Meskipun jarak tempuh dari rumahnya ke Ranu Klakah cukup jauh, hal tersebut bukan masalah karena harga ikan Koyo relatif murah.

"Iya ini mborong, banyak titipan saudara soalnya," terangnya.

Diketahui, Koyo adalah kondisi perbedaan suhu yang mengakibatkan massa air lapisan bawah naik ke atas, sehingga pergerakan air secara vertikal dari bawah membawa material seperti belerang.

Â