Sukses

Suku Osing Banyuwangi Bacakan Lontar Yusuf Sambut Hari Adat Sedunia

Untuk tahun ini, HIMAS mengangkat tema peran perempuan adat dalam merawat dan mentransmisikan pengetahuan tradisional.

Liputan6.com, Banyuwangi Masyarakat adat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing merayakan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) dengan menampilkan berbagai kesenian tradisional di Sekolah Adat Pesinauan Banyuwangi.

Diawali dengan syukuran, lalu dilanjutkan dengan pembacaan Lontar Yusuf dan gesah bareng lintas usia. Lontar Yusuf adalah kitab kuno yang tertulis dengan aksara pegon dan berisi tentang Kisah Nabi Yusuf. Bentuknya berupa puisi tradisional yang terikat dalam aturan yang disebut pupuh.

Acara ditutup dengan berbagai penampilan kesenian oleh anak-anak hingga dewasa. Tarian padang ulan, pencak sumping, jaranan buto, dan gandrung juga turut menyemarakkan acara.

Ketua BPH Pengurus Daerah AMAN Osing Wiwin Indiarti mengatakan, HIMAS ini merupakan hari yang bersejarah untuk memperjuangkan eksistensi masyarakat adat sedunia.

"Masyarakat adat memiliki hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya," katanya, Rabu (10/8/2022)

Untuk tahun ini, HIMAS mengangkat tema peran perempuan adat dalam merawat dan mentransmisikan pengetahuan tradisional.

"Peran perempuan adat bisa berkontribusi dalam kelangsungan pengetahuan tradisional," jelas Wiwin.

Menurutnya, pengetahuan tradisional bukan berarti lebih tertinggal dari pengetahuan modern, karena memiliki keunggulan masing-masing.

Wiwin menilai, perempuan memiliki peran strategis dalam kelangsungan adat tradisi yang berkembang di masyarakat. Salah satu contoh di Banyuwangi, perempuan memiliki peran dominan dalam masakan ritual.

Namun fenomena yang terjadi ialah mayoritas yang paling paham terkait masakan tradisional rata-rata para perempuan lanjut usia.

"Jika pengetahuannya tidak ditularkan ke generasi muda, maka keberlangsungan maupun makna masakan adat akan terancam hilang," ungkap Wiwin.

 

2 dari 2 halaman

Dokumentasi

 

Maka dari itu, salah satu misi untuk memperjuangkan peran serta perempuan adat dalam merawat pengetahuan tradisional yakni tetap melibatkan perempuan disetiap kegiatan masyarakat adat.

"Perempuan sering kali termajinalkan, padahal peran serta mereka sangatlah penting," ujarnya.

Wiwin berharap, para perempuan kedepan semakin aktif dalam menularkan pengetahuan tradisionalnya kepada generasi muda. Gunanya, tidak lain ialah untuk melestarikan warisan leluhur.

"Sementara itu, upaya kami yang pernah dilakukan adalah mendokumentasikan pengetahuan masakan ritual dalam sebuah buku," tutupnya.

Â