Sukses

Senandung Cacha'an Jadi Penyemangat Nelayan Muncar Menjaring Ikan di Lautan

Cacha'an adalah sebuah seni vokal sederhana tanpa instrumen apapun. Umumnya seni ini dilakukan nelayan yang bekerja secara berkelompok.

Liputan6.com, Banyuwangi Beranekaragam suara dilantunkan secara harmoni, dengan tempo sedang, cepat dan bersemangat itulah Cacha'an. Sebuah seni berupa bunyi-bunyian yang menjadi penyemangat nelayan Muncar, Banyuwangi, saat tengah menjaring ikan di lautan.

Ya, cacha'an adalah sebuah seni vokal sederhana tanpa instrumen apapun. Umumnya seni ini dilakukan nelayan yang bekerja secara berkelompok.

Serupa dengan acapela, bunyi dihasilkan dari suara manusia dengan nada yang beranekaragam menghasilkan harmoni, tempo sedang, cepat dan bersemangat.

Sekilas suara yang terdengar saat seni itu dilantunkan adalah Hanterek en, Andung-andung, Cacha-Cacha. Uniknya semakin cepat tempo, maka tarikan jaring ikan akan semakin kuat pula.

Ketua Himpunan Nelayan Indonesia Banyuwangi, Hasan Basri mengatakan di Muncar seni itu telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan kini sudah menjadi tradisi. Namun di tahun kapan seni itu ada masih belum diketahui pasti.

"Cacha'an adalah sebuah tradisi sebagai penyemangat nelayan, di tengah laut kalau pas ikan banyak yang tertangkap nelayan kan semangat. Nah kemudian tercipta seni tersebut," kata Hasan, Sabtu (13/8/2022).

Hasan menyebut bila seni itu hingga kini masih terus lestari. Hari-hari biasa saat melaut nelayan masih banyak yang melantunkan kesenian tersebut.

Di momen besar seperti acara petik laut, seni itu biasanya akan ditampilkan secara berbarengan oleh nelayan. Semakin banyak yang melantunkan akan semakin meriah seni cacha'an tersebut.

2 dari 2 halaman

Gelar Petik Laut Muncar

Pada Sabtu (13/8/2022) para nelayan Muncar menggelar ritual petik laut. Ketua Panitia Petik Laut Khairul Imam mengatakan petik laut tahun ini sangat istimewa. Di tahun ini petik laut mendorong keharmonisan dan semangat gotong royong antar suku.

"Tema petik laut tahun ini bertajuk Kebhinekaan, maka semua kelompok pesisir, seperti para nelayan Bugis, Marlena dan Sakera serta Jawa akan beriringan kirab perahu gitiknya," ujarnya.

Petik laut tahun ini memakan anggaran biaya kurang lebih Rp 150 juta.

"Kurang lebihnya sekitar 150 juta, karena kita rangkai semeriah mungkin. Persiapannya sudah 100 persen, sudah siap di gelar," tandasnya.

Â